• Beranda
  • Tentang Saya
  • Tulisan
    • Imajinasi
    • Inspirasi
    • Perumpamaan
    • Pemikiran
    • Renungan
  • Kisah
    • Fiksi
    • Non-Fiksi
    • Puisi
  • Perjalanan
  • Kontak

PEMIKIR BEROPINI

Sebuah Opini Melalui Pandangan Segenap Dimensi

 Musik saat ini begitu lekat dan sejumlah perangkat teknologi pendukung. Semua komponen penyusun saling berkaitan dab terhubung dengan perangkap teknologi. Memudahkan kinerja para musisi dalam merangkai nada-nada nan runtun menjadi sebuah musik yang sesuai keinginannya.

Musik dan perangkap teknologi syarat wajib penunjang utama si musisi beraksi. Sejumlah perangkat musik kini mulai berkolaborasi dengan teknologi, menjadi sebuah kesatuan utuh. Kolaborasi ini seakan punya nilai syahdu yang bisa dinikmati musisi dan penggemarnya.

Semua mulai tertidur lelap dan bersanding dengan mimpinya masing-masing. Menutup rapat kakinya dengan selimut sembari merebahkan seluruh tubuhnya di tempat tidur. Di saat bersamaan, ada manusia-manusia yang hatinya gundah gulana, mencoba tidur tapi tak datang rasa kantuk sedikit pun.

Segala macam cara sudah ia coba, mulai dari menjauhkan kafein, menjauhkan sejumlah gadget, membaca buku, menenangkan pikiran untuk tidur dan bahkan memakai cara menghitung anak domba. Tapi malah ia bingung mengapa mata ini tak terpejam juga.
Pertemuan singkat buat seorang lelaki paruh baya seakan menemukan pujaan hatinya, ia merasakan namanya cinta sebenarnya. Setelah ditolak puluhan wanita yang ia anggap sempurna bagi dirinya. Ia kapok dengan semua itu dan menyerah mengejar cinta sejatinya.

Apa boleh di kata saat banyak ia berhenti mencari pengembaraan cinta, ia menemukan cinta sejati. Degup jantung berdetak begitu kencang saat melihat sesosok wanita cantik yang ada di sebuah brosur penerima beasiswa.
Dalam sekejap semua berubah total, suasana yang dahulunya begitu lekat seakan lekang secara perlahan-lahan. Ada kesan aneh saat berada di tempat yang telah lama ditinggali, penuh memori tapi miskin harmoni.

Semua kenangan yang melekat seakan hanya bayangan semu, apalagi sifat manusia yang mudah lupa seakan semakin mempercepat masa itu menjadi kenangan. Kondisi serba nyaman seakan menghilangkan makin cepat mengikis setiap rindu itu.

Apa itu passion?

Semua kini sering mendengarnya setiap hari, passion ibarat hasrat terpendam yang sulit muncul ke permukaan. Meraung-raung di dalam benak hati, ingin menunjukkan kemampuannya sebenarnya.

 Aku adalah seorang pria paruh baya....


Sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk, mengejutkan pikiran dan membuat panik tak karuan. Ternyata datang dari pujaan hati, sebuah balasan saat pikiran ini menganggap tak mungkin membalasnya.
Malam pun mulai larut, langit yang tadinya dipenuhi oleh gugus bintang seakan hilang satu persatu. Menyisakan langit kosong dan gelap. Suara lolongan anjing membahana memecahkan kesunyian malam. Dan semakin lengkap saat suara kendaraan di jalan lenyap satu persatu. Kini suara jangkrik jauh saja terdengar, menandakan tengah malam telah tiba.

Hewan malam yang tadi siangnya begitu malu-malu dan lemah saat siang hari. Mereka kini begitu segar bugar. Bertebaran ke seluruh muka bumi untuk mencari makan. Namun ada sesuatu yang janggal, melawan kodrat arah hidup yang ditetapkan. Tak ada batasan antara siang dan malam, makhluk itu bernama manusia.
Petang pun tiba, matahari hari mulai condong ke arah barat. Sudah saatnya ia harus pergi, kini ia harus memberi cahayanya ke wilayah lain di muka bumi. Pendaran bias cahaya begitu kentara, berwarna oranye bercampur kuning terlihat jelas dari kaki langit.

Ia jadi saksi terakhir sebelum matahari harus tenggelam seutuhnya. Manusia menyebutnya dengan nama cakrawala. Garis lurus secara horizontal ialah lokasi cakrawala berada, ia seakan begitu jelas terlihat di ujung lautan, padang rumput luas atau tempat lain yang tak memberi batas.
Di zaman kini saat jarang menemui manusia-manusia introvent, ia berpikir berbeda dibandingkan manusia di lingkungannya.

Saat manusia umumnya membuka selebar-lebarnya ruang hati dan perasaan di sosial media, mereka para manusia introvent malah melakukan sebaliknya. Ia seperti tidak mau ambil puing dengan hingar-bingar dunia ini. 

Matahari kembali ke peraduannya diikuti dengan bayangan gelap yang datang dari timur. Menutup secara keseluruhan langit menjadi hitam gelap. Perbedaan kontras itu sebagai contoh siklus hidup, ada siang dan malam yang saling menghiasi satu sama lain.

Kala malam datang manusia seakan kehilangan kemampuan melihatnya. Manusia selaku makhluk diurnal seakan butuh cahaya untuk melihat di malam yang gelap. Gemerlapnya cahaya bulan dan bintang tetap tak mampu sepenuhnya membantu manusia.
Rasa gugup dan keringat dingin mengucur deras ke seluruh wajah, baju pun basah akibat ulahnya. Perasaan itu seakan tak bisa ditahan lagi karena para wanita seakan memberi magnet kuat yang begitu menjadi-jadi, si pria pasrah dengan phobia aneh yang ia alami.

Nyawa tak terancam namun batin begitu tertekan saat sesosok wanita datang, tubuh seakan merasakan sebuah stimuli berlebih tak karuan. Melihat gadis cantik secara visual seakan membuat diri ini gugup, takut dan hilang kepercayaan diri. 

Malam mulai larut, saat semua manusia lainnya tertidur lelap di atas ranjang dan berselimut. Ada manusia-manusia aneh yang tidak bisa tidur, memikirkan sesuatu yang begitu besar. memperhatikan layar komputernya tanpa henti.

Sesekali, ia menekan-nekan tuts keyboard, mengamati sejumlah kata perintah dan mengganti sejumlah sistem . Bagi sebahagian orang, pekerjaan ini begitu menantang dan sebuah kepuasan tersendiri.
Penyakit merah jambu bisa datang tak terduga, mengacaukan seluruh organ tubuh dengan sejumlah rasa yang saling campur aduk. Pikiran pun seakan kadang kehilangan akal sehat dan sulit dikontrol.

Rasa itu seakan menjadi-jadi saat sering tersenyum sendiri, mata susah terpejam kala malam tiba, pipi memerah, jantung berdebar kencang hingga keringat dingin mengucur membasahi tubuh. Grogi jangan ditanya, kadang disusul dengan rasa ingin buang air kecil secara tiba-tiba.

Kekuatan tatapan begitu kuat, mempengaruhi suasana yang ramai menjadi seperti tenang dan semenjak berhenti. Seperti ada durasi panjang saat kedua bola mata dua insan manusia saling bertemu, saling tertuju dan berada pada suatu sisi.

Timbul sebuah pertanyaan dalam benak ini: 

Kumandang azan subuh memecah keheningan di subuh dengan napas tersengal-sengal sambil melihat jam, ada perkara besar yang terlewatkan begitu saja. Ternyata itu tandanya waktu imsak telah lewat, semakin jelas terlihat berwarna putih di langit sebelah timur. 

Ada apa gerangan... Ternyata waktu sahur telah lewat

Bangun dalam keadaan penuh kegundahan tak karuan, apalagi di malam harinya tak ada makanan yang mengganjal perut dan minuman yang membasahi tenggorokan. Menu yang dipersiapkan harus terdiam tanpa bisa di makan. Imsak telah memberi tanda menyesakkan, tanpa bisa menyentuhkan makan yang telah disiapkan.

Ini kisah hidup jadi satu-satunya anak dalam keluarga, bak ibarat si mata uang dalam merasakan susah dan senang. Punya akses segalanya dan paling disayang tentunya oleh kedua orang tua. Itulah hal yang dirasakan jadi salah satunya anak di rumah, sebutan yang akrab di telinga yaitu anak semata wayang.

Namun begitu banyak prasangka dan dugaan yang dihadapi oleh anak tunggal dalam menjalani hidupnya. Lika-liku hidup siapa yang tak punya, semua pasti merasakan mulai dianggap terlalu manja atau terlalu mandiri. Anggapan itu selalu melekat erat anak satu-satunya sang orang tua, kami ingin mendongkrak anggapan tak berdasar itu.

Ayo segera siap-siap, sekarang giliran kamu. Pekik suara sutradara saat memanggil sang pemeran pengganti.
Adegan berbahaya kini harus dihadapi, menggantikan tokoh utama yang duduk sampai menggoyangkan kakinya dan melepas penat. Aba-aba dari sutradara pun dimulai dan saat itulah ia beraksi layaknya pikiran random sutradara.

Aku ialah seorang gadis paruh baya dan kini usiaku kini telah mulai menginjak seperempat abad. Level pendidikan tertinggi di jurusan ternama di kampus telah hampir di kusandang, hanya menunggu seremoni saja.

Namun ada satu yang kurang dan belum terpenuhi, yaitu jodoh. Mungkin rasa gundah dan gulana itu datang tak kenal waktu. Persoalan yang paling tak mengenakkan ialah masalah usia  dan teman-teman yang mulai menimbang momongan. Jelas diri ini iri tak menentu karena teman yang telah berkeluarga hidup terlihat penuh akan kebahagiaan.


Tak ada yang menyangka itu adalah selasa kelam di kota metropolitan dunia, New York. Langit begitu cerah dan aku siap dengan pekerjaan baruku di sebuah restoran ternama. Bagaimana bangganya diriku bisa bekerja di sebuah restoran tertinggi di kotaku. Orang tuaku di negara bagian pasti tersenyum bangga dengan pekerjaanku saat ini.

Awal mulanya dirinya sering dianggap lemah oleh sekitarnya. Ia telat memulai saat orang lain telah begitu akrab dengan teknologi, sering ditertawai dan jadi bahan olok-olok adalah makanan sehari-hari si pria.

Pria itu tak bergeming dan ia sadar bahwa tertinggal. Namun ia harus mengejar segala ketertinggalan tersebut dari teman-temannya. Di saat yang lain dengan mudahnya berinteraksi dengan teknologi, si pria hanya mampu memperhatikan itu semua. Ia layak dianggap manusia gaptek di antara kumpulan manusia melek.
Suara kumandang Azan Magrib pun tiba, matahari telah terbenam di ufuk barat dan itu tanda Bulan Ramadhan telah lewat. Kini giliran Bulan Syawal datang, menyambut jutaan umat muslim yang telah melewati rintangan sebulan penuh dengan menahan diri.

Lantunan takbir pun setelah Salat Magrib berkumandang saling bergantian antara surau dengan surau yang lain. Kini para muslim telah berhasil menunaikan segala kewajiban selama sebulan penuh.


Tempat yang paling nyaman dan aman ialah rumah...
Kalimat yang sulit dibantahkan oleh anak rumahan, ia merasakan kenyamanan tatkala hanya duduk di rumah. Suara-suara rendah riuh dari koleganya mencoba menariknya keluar dari kandangnya itu. Namun semua tak ia gubris karena di luar sana tak selamanya buat dirinya setenang dan senyaman di dalam rumah.

 

Upacara kemerdekaan akan dimulai, barisan tamu utama duduk di bangku utama. Terlihat jelas para tetua bangsa yang telah uzur di makan usia. Mereka hadir menyaksikan saksi HUT RI yang penuh makna.

Setiap tahun terasa spesial, terlihat jelas dari mata mereka yang tak pernah lepas dan khidmat menyaksikan bangsa ini merdeka. Jauh dari kejauhan para pengibar sang saka merah putih berkibar di tiang tertinggi, bukti bangsa ini tidak lagi terjajah.

Menjadi orang yang idealis begitu sulit, cobaan selalu saja ada di sekitarnya. Di dunia ini hanya ada dua golongan, mereka yaitu orang aneh yang memegang erat prinsip idealisme dan mereka yang pasrah pada semua yang realistis nan apatis. 

Idealis, anggapan yang tergambar dari mereka yang memegang penuh rasa idealisme. Ia seakan sangat antusias dan punya keyakinan penuh. Semua itu bercampur rasa emosional dan visi nan menggebu di dalam jiwa.

Pagi pun mulai datang saat matahari mulai muncul dari ufuk timur. Seorang pemuda paruh banyak sedang duduk di salah satu pinggir dinding masjid. Ia sedang khusu’nya mengulang ayat demi ayat bacaan Al-Quran, hasil hafalannya selama ini supaya lancar.

Menjadi penghafal Al-Qur’an bukanlah perkara mudah, banyak dari calon hafiz yang tidak kuat harus menyerah di tengah jalan. Butuh niat yang lurus dan ikhlas, dibarengi dengan konsentrasi dan istiqamah menjalani proses panjang.  

 

Suara riuh rendah terdengar begitu keras berasal dari tribun di belakang gawang. Para fans bersorak tiada hentinya, menyoraki kegagalan si kiper menghalau bola secara sempurna. Si kiper layaknya pecundang yang berdiri di depan gawang.

Segala penyelamatan yang tak terhitung banyaknya, dalam sekejap hilang tak terkenang hanya dari sebuah blunder dan perasaan bersalah datang menghujami pikiran. Segala penyelamatan yang ia lakukan terasa tak cukup buat menebus segala yang dilakukan pada momen buruk.  

 

Menjadi penulis hebat tak perlu banyak teori, ia hanya butuh menulis dan mengapresiasikan idenya dalam bentuk tulisan. Berlatih dengan keras seakan tak pernah asing dengan rangkai kata menjadi sebuah alur cerita menarik.

Itu semua tak hanya sekedar tahu cara menulis, bukan cukup mengetahui sistematika penulisan dan bukan cara mengungkapkan pemikiran lewat tulisan saja. Ada sebuah hal istimewa yang lahir dari pribadi sang penulis, sesuatu yang istimewa ialah pribadi si penulis.

 

Tiupan kencang angin dari barat laut tak menggoyahkan niat nelayan tua pencari ikan. Kumpulan awan hitam di ujung langit seakan menghalangi niat si nelayan tua untuk menaikkan alat tangkapnya ke atas perahunya.

Nyalinya seakan dibuat ciut dari kejauhan terlihat awan hitam di ujung langit, kilat dan geledek seakan menusuk-nusuk lautan yang pasrah. Udara dingin seakan terbawa ke arah pantai dan menusuk tulang.

Perasaan bergidik ngeri pasti datang mengiringi perjalanan bertandang ke markas lawan. Mendukung tim kesayangan memperoleh hasil maksimal hingga ke markas lawan. 

Menempuh jarak yang jauh hingga melintas berbagai negara hanya untuk merasakan atmosfer stadion, berbeda jauh dengan hanya duduk di depan TV ditemani segelas cokelat hangat. 

 

Bermain di dunia tarung yang berbeda harus diriku ambil, ini kesempatan besar untuk membuktikan diri bahwa aku bukanlah jago kandang. Ia pun harus keluar dari zona dasar ilmu bela dirinya, semua ingin ia wujudkan dengan tekad, kedisiplinan, dan kepercayaan diri.

Seorang pria berdiri di pinggir lapangan dengan pandangan nanar, menatap timnya yang terus digempur habis-habisan oleh lawan. Derita semakin bertambah saat pemainnya harus diganjar kartu kuning kedua, bermain 10 pemain di depan pendukung lawan terasa begitu berat.

Dahulu mimpiku bisa menendang bola bak superstar andalanku di lapangan hijau. Menciptakan gol spektakuler hasil dari melewati barisan pertahanan lawan. Pikir bocah berumur awal belasan dengan bola yang ia bawa dari rumahnya.

Lapangan di dekat rumahnya ibarat panggung pertunjukan hingga mungkin kelak pemain besar masa depan. Menendang bola sekeras-kerasnya hingga mendarat ke rawa-rawa selalu dilakukan. Membuat capek sang kiper mengambil bola, serasa mimpi itu terasa dekat. 
Menjadi seorang agen rahasia pasti dipenuhi tantangan yang kuat. Bak cerita di film spionase yang penuhi dengan tantangan dan musuh. Kapan pun dan di mana pun harus siaga, sang agen dituntun dapat menghadapi segala macam hal.

Informasi jadi sesuatu yang begitu berharga, mengintai, memata-matai bak pekerjaan wajib hanya buat mengungkap sebuah rahasia terselubung di dalamnya. Mungkin dahulu cara ini lekat dengan aksi militer, kini ia sudah merambah ke arah industri dan politik. Mencari kelemahan lawan tanpa terendus sedikit pun. 

Cinta itu ternyata tak asing dengan ilmu pasti salah satu yang bisa dikaitkan dengan fisika. Itu tak berlebihan memang, ibarat salah satunya yaitu medan listrik yang punya daya tarik begitu besar.

Besar medan listrik sebanding lurus dengan muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Itulah rumus yang menggambarkannya.

Seorang karyawan dengan telaten menaruh barang dagang di depan toko. Terlindungi dengan kaca tebal, bak sekat yang memisahkannya dengan dunia luar. Sang karyawan pun sadar, barang yang ia taruh punya 'prestise' lebih dibandingkan barang lain yang tokonya punya.

Pejalan kaki yang melewati toko setiap hari pasti akan sulit berpaling dengan barang ini. Tepat pagi hari sang karyawan membuka toko sesuai instruksi pemiliknya. Barulah barang pajangan itu terlihat jelas, tak terhalang oleh penutup toko.

 

Sepak bola akrab dengan pemain masuk dan keluar, ada yang pergi dan datang saat transfer datang. Pihak manajemen mengurus segala persoalan tersebut hingga tenggat waktu. Merelakan pemain penting hingga sesosok pemain belia datang, silih berganti hanya untuk bisa memperkuat sebuah tim.
Malam itu di hujan turun dengan begitu deras, turun tanpa jeda.. seakan mengisi kealpaannya selama ini menyirami bumi.

Pantulannya pada genting menghasilkan suara yang sangat besar, dedaunan pun tak kuasa menahannya. Siapa saja yang berteduh di bawahnya tak selamat dari basah kuyup.

 Seorang lelaki paruh baya duduk di salah satu bangku besi panjang. Menunggu dengan cemas, sesekali matanya mengarah ke ruangan yang ada di salah satu sudut rumah sakit.

Pikirannya campur aduk dan ia seakan tak bisa duduk tenang, menunggu kepastian nasib orang tercintanya. Mempertaruhkan nyawa dirinya atau calon sang buah hatinya. Kini istri sedang melalui proses menjadi seorang ibu dan dirinya menjadi seorang: Ayah muda.
Di sebuah sudut resto mewah kumpulan anak muda duduk rapi di saing berhadapan Mereka sibuk dengan gawainya masing-masing, seakan ingin menampilkan sesuatu yang berbeda.

Pakaian serba mewah melekat di tubuh dengan berbagai barang branded lainnya.

 


Kita sering mendengarkan kata-kata bijak:

Rezeki sudah diatur, sebagaimana pun usaha tetap sudah ada kadarnya.

Tak ada makhluk di dunia ini yang tak kebagian rezeki, Sang pencipta sudah membagi rata bahkan hingga hewan pengerat yang hidup di bawah akar pepohonan. Ia juga tetap kebagian sesuai kadarnya.

Manusia? Apa lagi.

Saya sering sekali mendengar kata-kata pesimistis seorang yang kesulitan mencari pekerjaan. Bingung silih kemari karena semua berkas lamarannya ditolak. Sambil menggerutu ia berujar: bila tidak dapat kerjaan, makan apa besok dan bagaimana melunasi kontrakan yang mulai ditagih.
Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak menyangka dirinya bisa sejauh ini, ia membayangkan dahulunya ia hanya bermain gokart diajak oleh ayahnya. Kini ia bisa berada di dalam kokpit si jet darat. Semua seperti mimpi...

Seseorang mengerang kesakitan di pinggir lapangan ia mendapatkan terjangan keras dari lawan. Terkapar tak berdaya, tak mampu melanjutkan pertandingan. Ia memegang erat bagian kakinya. Seakan ada yang salah, tulangnya mungkin saja patah atau bisa saja ototnya sobek. Ia menangis tersendu-sendu karena timnya sangat membutuhkan dirinya. Tapi apa daya, sakit itu tak tertahankan.

Tim medis datang dengan cepat mengobatinya, ia hanya pasrah ditandu keluar. Papan elektronik menuliskan namanya dan digantikan oleh pemain cadangan. Bersiap-siap di pinggir lapangan menggantikan pemain cedera.

 

Di darahnya mengalir deras jiwa musik, sialnya ia bak bukan seperti pepatah buah jatuh tidak dari pohonnya. Ia belajar otodidak, si bocah mengenal berbagai suara-suara musik di sekitarnya. Ia terlarut dalam lamunan panjangnya, ingin merangkai suara-suara di pikirannya jadi nada runtun.

Mungkin ia bocah lelaki yang beruntung, segala akses musik dibelikan oleh sang orang tuanya. Seakan ia bisa belajar tanpa halangan, menyalurkan kemampuannya dengan alunan musik. Mungkin ia terlalu pendiam dibandingkan dengan saudara lainnya. 

Petang mulai datang, si ibu cemas minta ampun... iya seakan menunggu anaknya pulang. Sejak pagi hari si anak tak kunjung pulang. Ia menghilang tanpa jejak sejak sarapan pagi, pulang sejenak untuk makan siang dan menghilang kembali tanpa arah.

Hari libur seakan jadi hari gembira, semua bocah laki terperangah saat melihat tulisan rental PS: sejam Rp.2000...
Ke manakah ia pergi... hati si ibu bergejolak.
Ia seakan merasakan bermain game tak karuan, waktu libur si abang rental harus rela buka lebih cepat. Ada antrean banyak anak yang siap bermain.. sebagian hanya menonton dan sebagian lainnya bermain. Seakan yang takluk harus angkat stik bertarung dengan lainnya. Yang menang begitu digdaya sambil berucap:
Siapa giliran berikutnya?
Suara riuh Playstation menggema satu sama lain, teriakan pecah saat ada gol yang tercipta. Popularitas game bergenre sepak bola begitu laris, seakan abang rental harus punya begitu banyak stok memenuh hasrat bocah yang sakaw ingin bermain.



Kini semuanya sudah duduk rapi, mengadu taktik atau mencari kelemahan lawan. Kadang ada peraturan yang sering sekali dilanggar, menggunakan taktik curang dalam bermain. Siap-siap saja dibully..
Ah.. ngga asyik... kamu main curang melulu...
Rental PS jadi hasrat yang kadang tidak mampu dijangkau para bocah. Lapangan bola di kompleks seakan mulai menghilang, lokasinya mulai dibangun perumahan mewah. Rumput-rumput hijau tak terlihat lagi, hanya bangunan menjulang bertembok kokoh.

Rental PS tempat terbaik dalam melihat rumput hijau di dalam balik kotak bernama TV. Menjawab dahaga kaki yang tidak pernah merumput, hanya keterampilan tangan yang diuji untuk bertarung dengan lawan tanding.

Selebrasi di ujung gawang pun sudah tidak ada, tergantikan selebrasi di depan wajah lawan saat gol tercipta. Para penonton yang dulu duduk di luar garis lapang, kini malahan mendukung di balik kursi panas rental. Mempertaruhkan harga diri untuk tidak takluk. Bila saja takluk, siap-siap saja menanggung bully-an hingga hari berikutnya.

Pertarungan sengit berlangsung, seakan hanya petang yang mampu mengakhirinya. Uang jajan yang terkumpul setiap harinya kadang harus ludes, menahan diri untuk tidak jajan untuk bertarung. Masuk ke dalam laci abang rental, gantinya ia akan menambahkan jam bermain hingga para bocah senang.
Hari makin petang, tidak ada yang ingin pulang..
Bocah yang menang begitu girang, hampir seharian ia tidak kalah. Bermain terus-terusan tanpa ganti di saat bocah lainnya harus rela antre untuk main lagi.

Hingga satu bayangan muncul dari ruko rental.. bayangannya begitu besar dan memakai daster sambil berteriak. Ayo pulang, kamu main saja dan sampai lupa waktu magrib. Suasana yang tadinya riuh mendadak mencekam.

Jeweran sang ibu seakan mengantarkan si bocah pulang ke rumah. Ia harus tergantikan bukan oleh lawan tanding tapi jeweran dan omelan sang ibu. Candu gamenya pun harus berhenti dan kini ia dia diomeli sepanjang malam.

Begitulah game yang candu, kadang si ibu atau sang istri cukup mengecek dua tempat sakral para bocah dan pria nongkrong. Lapangan bola atau lapak rental... sungguh mereka buat kami candu. Hentikan semua ini!
Hidup statis khas kampung seakan membuat diriku tak nyaman. Ada gejolak batin yang membuat aku harus mengambil sebuah keputusan besar di dalam hidup. Mencari kehidupan yang lebih menantang dan bahkan layak.

Kemilau ibukota seakan menyilaukan mata, kehidupannya, penghasilannya hingga kejutan lain yang tak pernah aku rasakan. Aku pun mulai jengah hidup di kampung, sebuah tiket kapal laut sudah kupilih. Ia lebih murah dibandingkan kapal terbang dari kampungku. 
Segenap barang dan postingan sang fans memenuhi dinding dan hiasan di kamar. Alunan musik si idola terdengar syahdu merdu. Melantun indah dari kamar dengan tambahan sound yang menggelegar.

Si pemilik kamar sedang bersiap, ia seakan terbawa suara nyanyian itu meskipun masih di kamar mandi. Pikirnya saat itu senang karena sebentar lagi ia ingin pergi menonton sang idola. Seakan gaya sang idola serupa sama dengan dirinya.
 Aku seorang pengadil lapangan hijau, sebuah peluit selalu ada di tanganku. Kecintaanku pada sepak bola tak berujung manis. Karier sepak bolaku tak begitu cemerlang. Pilihanku datang sebagai juri adil di lapangan. Teman-teman kecilku menganggap aku cukup adil dalam memimpin pertandingan.
Newer Posts Older Posts Home

Mengenal Penulis

My photo
M.iqbal
Blogger & Part Time Writer EDM Observer
View my complete profile
Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin

Top of The Top

  • Tiba-Tiba Tenis
    Abang harus latihan tenis, seru kali tau....!! Sebuah himbauan yang mengejutkan pikiranku hening berpikir, diriku seakan tak bisa atau tah...
  • Dibalik Kemudi
    Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak ...
  • Barbershop
    Di sebuah sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah barbershop kecil yang tak terlalu mencolok. Dindingnya berwarna abu-abu tua, dihiasi...
  • Kopi Darat
    Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicara...
  • Penerobos Malam
    Waktu menunjukkan pukul 20:00 WIB, keberangkatan tinggal di depan mata. Para kernet tengah sibuknya mendata penumpang yang sudah naik ke dal...

Rangkuman Tulisan

  • ►  2024 (36)
    • ►  August (1)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ▼  2023 (60)
    • ▼  December (5)
      • Teknologi dan Musik
      • Insomnia
      • Kesengsem
      • Merasa Asing
      • Kejar Passion
    • ►  November (5)
      • Gregetan
      • Manusia Nokturnal
      • Cakrawala
      • Manusia Introvert
      • Gemerlap Cahaya
    • ►  October (5)
      • Venustrophobia
      • Peretas
      • Hormon Cinta
      • First Sight
      • Puasa Kosong
    • ►  September (5)
      • Semata Wayang
      • Stuntman
      • Memantaskan Diri
      • Selasa Kelabu
      • Manusia Gaptek
    • ►  August (5)
      • Hari Kemenangan
      • Anak Rumahan
      • Pahlawan Kemerdekaan
      • Berpikir Idealis
      • Hafiz Quran
    • ►  July (5)
      • Perjuangan Kiper
      • Prahara Penulis
      • Nelayan dan Tangkapannya
      • Suporter Tandang
      • Fighter Octagon
    • ►  June (5)
      • Coach
      • Jadi Dewasa
      • Spionase
      • Fisika Cinta
      • Etalase Toko
    • ►  May (5)
      • Penolakan Cinta
      • Lapangan dan Genangan
      • Ayah Muda
      • Pencitraan
      • Letak Rezeki
    • ►  April (5)
      • Dibalik Kemudi
      • Rasa Sakit
      • Starboy
      • Kecanduan Game
      • Merantau
    • ►  March (5)
      • Imaji Fans
      • Pengadil Lapangan Hijau
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)

Copyright © 2019 PEMIKIR BEROPINI. Designed by OddThemes