Insomnia

Semua mulai tertidur lelap dan bersanding dengan mimpinya masing-masing. Menutup rapat kakinya dengan selimut sembari merebahkan seluruh tubuhnya di tempat tidur. Di saat bersamaan, ada manusia-manusia yang hatinya gundah gulana, mencoba tidur tapi tak datang rasa kantuk sedikit pun.

Segala macam cara sudah ia coba, mulai dari menjauhkan kafein, menjauhkan sejumlah gadget, membaca buku, menenangkan pikiran untuk tidur dan bahkan memakai cara menghitung anak domba. Tapi malah ia bingung mengapa mata ini tak terpejam juga.


Ada yang salah dalam diri ini, semua kebiasaan datang dan ia bernama “insomnia. Si pengidam penyakit ini sadar, esok hari ia akan beraktivitas layaknya manusia lainnya. Tapi apa daya waktu tidurnya seakan terpangkas dengan pikiran yang susah dimatikan. Pikiran dan tubuhnya tersiksa akan masalah tidur kronis ini.

Sesekali terbangun dari tempat tidur, mondar-mandir ke sana kemari malah kantuk kunjung datang. Gangguan emosional bersatu padu dari kecemasan, depresi, dan ketakutan bersatu padu. Menyiksa di sepertiga malam saat yang lain sedang nikmatnya bermimpi.

Ada daya dengan tubuh lemah namun otak berpikir sebaliknya, ia ingin terus aktif dan berpikir hal-hal tak rasional. Ide-ide segar kadang mengalir begitu deras saat hendak terlelap sedangkan di pagi hari semua itu terlihat buntu.

Namun si pengidam insomnia kadang menjadikan waktu menunggu kantuk sambil merenung akan yang telah dilakukan seharian, begitu melelahkan. Itu bertambah lelah saat esoknya rutinitas itu berulang kembali, membebat pikiran. Bagaimana waktu tidurku dan pekerjaan esok yang butuh tenaga besar ujar si insomnia, iya mencoba tidur untuk ke sekian kalinya. Hasilnya tetap tak berhasil.

Di saat ia mulai merenungkan segala macam pikiran-pikiran yang berkecamuk, tanpa disadari ada secerah lelah. Buat otak untuk melemahkan syaraf mata yang mengantuk. Perlahan-lahan demi perlahan hasilnya mulai tampak dan dalam beberapa detik tubuh melemah dan mata mulai terpejam.

Apa yang terjadi kemudian,..
Kring-kring!!! 
Suara alarm berbunyi kencang dan memecahkan semua kantuk tadi. 
Waduh!! Ternyata sudah pagi dan beraktivitas seperti hai biasa di mulai. 
Sebegitu menyiksa bukan, saat semenit tidur begitu berharga dan saat manusia tak tidur ia akan merasakan hal tak enak. Layaknya kebutuhan lainnya, jadi syukurilah rasa kantuk yang datang saat begitu banyak orang yang butuh perjuangan keras hanya untuk memejamkan mata.

Itulah perjuangan pengidap insomnia dan waktu tidur yang tanggung untuk menutup mata. Bermata panda, berwajah kusut dan menguap sebentar bentar jadi cara pelampiasan rasa kantuk.

Karena hari yang sempoyongan ini jadi balasan untuk malam selanjutnya tidur lebih cepat dan berharap insomnia tak datang kembali. Itulah kisah para penghitung waktu malam, para pengidam insomnia.

Share:

0 comments