Kopi Darat

Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicarakan. Pertemuan nyata jauh lebih mendebarkan dibandingkan dengan pertemuan di ruang chatting.

Kita rasa tak saling mengenal sepenuhnya di sana, hanya chat panjang yang kadang terdengar basi atau bahkan emoji yang tidak bisa menggambarkan sepenuhnya. Pertemuan di meja di coffe shop adalah bukti.

Ini merupakan tekad bulat, mewujudkan dalam dunia nyata. Bukti juga bahwa kita serius, mempertemukan kedua insan yang saling berbeda. Segala hal coba dipersiapkan, terutama penampilan fisik. Bagaimana cara first impression bisa memukau, toh itu juga effort yang kita lakukan.

Apakah itu dengan mandi lebih bersih, menggunakan pakai terbaik hingga tentu saja dandan dengan penampilan terampil. Inilah salah satu wujud kita serius, memberikan effort bahwa kita serius dan dia juga.

Tak ada penampilan yang ugal-ugalan, baju kucel atau mulut bau nafas naga. Seakan kesan pertama tidaklah baik, membuat ia ragukan padamu. Semua itu dipersiapkan jauh sebelum janji kopi darat dimulai.

Lalu.. jangan pernah lupakan tempat pertemuan. Lokasi ini jadi tempat istimewa yang dipilih, jangan salah memilih tempat karena di situ obrolan yang hangat kadang tidak tersaji dengan baik.

Ada banyak orang yang lalu lalang, suara gemuruh tawa atau bahkan suara mesin motor yang mengganggu. Ini seakan membuat konsentrasi bisa buyar kapan saja, kalian lebih banyak terpaku pada orang bukan kepada person yang berdiri di depanmu.

Tak heran sesuatu tempat yang aestetik sangat mendukung itu semua. Cafe dengan suasana yang sejuk, punya banyak perabot yang menarik dan terkesan masuk dengan pola ruangannya. Tak heran ada banyak meja kosong yang bisa dipilih, sesuai dengan selera.

Cahaya matahari dari luar masuk menyinari, di setiap sudut ruangan cafe, memberikan suasana asyik berlama-lama di sana. Kadang pemilik cafe atau resto sudah paham, ini lokasi yang romantis dan seakan memutarkan musik romantis nan sayut-sayut. Seakan terbawa dalam hipnosis.

Seakan lupa waktu saat berjumpa dengan pujaan hati. Suasana yang tepat pun membuat pertemuan jadi hangat, mood juga terangkat seketika. Seakan-seakan ada banyak hal yang ingin diungkapkan. Selama ini terlalu banyak tersimpan di dalam hati. Atau bahkan rasa rindu yang membuncah deras, rasanya sudah di ubun-ubun.

Pertemuan ini bisa awal lembaran baru, apakah menjadi kopi darat pertama atau bahkan terakhir. Di saat semuanya sudah tampil sebaik mungkin, apakah itu kamu, dia, lokasi kalian jumpa hingga respons masing-masing.

Capter II, Obrolan Hangat

Rasanya niat bertemu tak lain untuk mengobrol, segala hal yang dipersiapkan ibarat sebuah cover. Namun inti utamanya adalah berbicara dan bertukar pikiran. Mencairkan suasana canggung karena tak pernah bertemu. Di sinilah humour of sense diperlukan.

Toh.. semuanya sama-sama canggung, perlahan canggung itu hilang. Apalagi saat menu yang dipesan datang. Ternyata kita punya selera yang sama, apalagi saat pertama berjumpa. Pakai baju yang sama, seakan ada kontak batin.

Itu makin canggung saat makan, serba canggung. Biasanya lahap namun kini pelan-pelan, mata keduanya saling bertemu. Terbesit di dalam hati: Aduh mau pakai sendok dan garpu, aku tak paham pakai sumpit yang benar.

Hingga akhirnya sesi makan selesai, kini obrolan kembali berlanjut. Seakan kembali larut dalam pembicaraan panjang nan ringan. Toh kopi darat memang tercipta untuk itu, bukan membahas hal serius dan sensitif selama di sana. Ini seakan bisa membuat salah satu pasang mendadak ilfeel akibat tindakan kita.

Hal paling utama tentu saja, bagaimana cara memberdayakan emosi, rasa kangen, dan rasa penasaran. Pertemuan di semua meja pada satu bilangan cafee hanya berupa pemantik pertemuan. Seakan hal pertama kali membangun kecocokan, kedekatan hingga kelanjutan setelahnya.

Bila itu gagal dilakukan, rasanya setelah melihat ia bangun dari kursi menoleh izin pulang. Lalu menghilang dari kejauhan, tak ada lagi pertemuan setelahnya. Hanya ada chat dingin setelahnya, pertemuan kalian hanya seumur jagung.

Namun bila memberikan rasa nyaman dan tenang, seakan ia adalah orang yang cari selama ini. Mungkin saat pelayan datang menghampiri dan menawarkan bill pembayaran. Sebab coffe shop ingin tutup, itu dirasa kalian akan terus berlanjut.

Apalagi pas ingin bayar, mendadak keduanya merespons: biar aku bayarin saja deh, kamu jauh. Sampai akhirnya si pelayan bingung, mau melayani yang mana.

Obrolan pun berlanjut hingga ke parkiran, dan seakan membuat kita tak ingin berpisah. Hanya ada satu hal yang terucap di dalam kondisi seperti ini. Sebaiknya aku anterin saja ya? Tapi aku nolak, memangnya kenapa? Aku juga bawa kendaraan juga!. Oh iya.. maaf, ntar kita lanjutin kopi onlinenya di chat!.

Tapi ada hal yang belum aku bilang ke kamu dari tadi. Hmmm... memangnya apa? Dari tadi di gigi kamu nyangkut cabe!. Dheg, makanya aku ketawa terus!!

Share:

0 comments