• Beranda
  • Tentang Saya
  • Tulisan
    • Imajinasi
    • Inspirasi
    • Perumpamaan
    • Pemikiran
    • Renungan
  • Kisah
    • Fiksi
    • Non-Fiksi
    • Puisi
  • Perjalanan
  • Kontak

PEMIKIR BEROPINI

Sebuah Opini Melalui Pandangan Segenap Dimensi

Di sebuah sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah barbershop kecil yang tak terlalu mencolok. Dindingnya berwarna abu-abu tua, dihiasi dengan poster-poster klasik yang menggambarkan potongan rambut dari era yang berbeda.

Para model yang terpampang di sana ibarat pahlawan sebenarnya. Mereka seakan memberikan pencerahan di tengah keraguan pria dalam memilih potongan rambut. Pria memenang manusia yang aneh dan tak neko-neko.

Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicarakan. Pertemuan nyata jauh lebih mendebarkan dibandingkan dengan pertemuan di ruang chatting.

Kita rasa tak saling mengenal sepenuhnya di sana, hanya chat panjang yang kadang terdengar basi atau bahkan emoji yang tidak bisa menggambarkan sepenuhnya. Pertemuan di meja di coffe shop adalah bukti.

Menikmati itu tak harus pergi jauh-jauh, cukup menikmati segala sesuatu yang sering kita nikmat. Sebuah kalimat penghibur diri dan lara saat melihat karib kerabat jalan-jalan ke mana saja, sungguh begitu enteng.

Apalagi gempuran sosial media membuat siapa saja bisa memamerkan lokasi liburannya ke negeri nan jauh. Bikin iri hati bukan main, dada ini terasa tertusuk-tusuk melihat foto jalan-jalan teman dekat yang berseliweran di sosial media.  
Awan-awan saling berkumpul satu sama lain hasil buah tangan angin, membuat langit yang tadinya cerah kebiruan menjadi putih keabu-abuan. Membentuk sebuah kesatuan hingga nan pekat, hingga awan tak kuasa lagi menahan kumpulan tetes hujan yang mereka angkut menjadi tetes-tetes hujan.

Dari lautkah, dari danaukah  dari sungaikah dan dari semua tumpukan air di seluruh cekungan di muka bumi yang menguap ke ke udara. Saat itulah rintik hujan pun turun membasahi bumi yang sudah dahaga nan kering kerontang. Tanah kering yang menggembul terkena percikan hujan berganti tanah basah yang menutup pori-pori tanah yang telah merekah akibat panas. 
Musik punya kekuatan magis mampu membuat para penontonnya campur haru, kadang senang, kadang sedih dan kadang senang tak terhingga. Tak perlu lirik dan tak perlu mengerti lagu yang dibawa sang penyanyi. Cukup dari alunan musik saja kita tau genre apakah musik itu. Sedihkah atau gembirakah!

Ada yang mengatakan musik itu masalah selera dan feeling, menurut saya musik itu masalah pengalaman serta kenyamanan. Tak ada pihak yang berhak menganggap musik yang ia dengarkan lebih baik. Itu semua kembali ke masalah selera tak harus pemaksaan untuk menyukai suatu jenis musik. 

 Langit sore kali ini sedikit sendu, ia dipenuhi kumpulan awan putih yang menghambat sinar matahari. Hanya sedikit celah saat matahari mencuri-curi kesempatan menampilkan cahayanya. Mendung lebih sering muncul kala akhir tahun, bulan berakhiran “ber” seakan mempertegas manusia untuk banyak menghabiskan waktu di rumah. Sambi meniup kopi panas sambil berselimut tebal.

Ada yang begitu menakjubkan pemandangan, saat tenunan cahaya menyatu dalam sebuah lengkungan panjang. Itulah pelangi, memberi kesan saat hujan selesai membasahi tanah dan menghapus debu di udara. Hari yang mulai ajak senja kini mulai terlihat.

Penonton sudah menunggu cukup lama, menunggu DJ produser tampil di atas Main Stage. Melihat pertunjukan yang sangat dinanti-nanti puluhan ribu penonton yang bercampur penasaran dan gundah menunggu aksi sang DJ produser.

Yang dirasakan seorang DJ berbeda jauh dengan penonton. Ia harus menyusun lagunya dan beberapa selingan lagu populer lainnya menjadi sebuah tracklist menawan. DJ profesional membentuk tim dan manajer yang padu. Mengatur jadwal tampil, menentukan label, menggarap video klip, mencari penyanyi, dan sampai mengatur LED visual saat penampilan di panggung.  

Seekor anak burung menatap dari ketinggian sarangnya, ia begitu penasaran dengan namanya terbang. Bulu-bulu halus mulai tumbuh di sepanjang sayapnya yang masih begitu lunak. Mencoba mengepakkan sayap dan terbang layaknya burung dewasa lainnya.

Ia mencoba mengambil ancang-ancang, dan ia terbang mengangkasa layaknya burung dewasa lainnya. Ia punya insting yang sama tanpa perlu menjalani proses jalan. Semua makhluk hidup mengalami masa itu, pengecualian bagi seorang manusia. 
Senja pun mulai terlihat dari jauh, berwarna kekuning-kuningan dari ufuk barat. Seakan-akan matahari akan  segera tenggelam. Itu semakin jelas terlihat dari pantai nan landai, matahari seakan tenggelam secara perlahan-lahan disambut oleh lambaian cemara pantai. Mereka berbaris rapi layaknya para prajurit saat apel pagi.

Mereka para cemara pantai meliuk-liuk setiap hari dan seakan tak pernah patah akan dahannya apalagi tumbang. Saat senja datang, angin darat pun tiba. Meniup para nelayan ke tengah laut untuk mencari ikan dan cemara pantai seolah menunduk ke arah laut. Sedangkan saat pagi hari, giliran lebih banyak menunduk ke arah darat akibat angin laut yang membawa pulang nelayan serta tangkapannya.
Petang pun tiba, matahari hari mulai condong ke arah barat. Sudah saatnya ia harus pergi, kini ia harus memberi cahayanya ke wilayah lain di muka bumi. Pendaran bias cahaya begitu kentara, berwarna oranye bercampur kuning terlihat jelas dari kaki langit.

Ia jadi saksi terakhir sebelum matahari harus tenggelam seutuhnya. Manusia menyebutnya dengan nama cakrawala. Garis lurus secara horizontal ialah lokasi cakrawala berada, ia seakan begitu jelas terlihat di ujung lautan, padang rumput luas atau tempat lain yang tak memberi batas.
Rasa gugup dan keringat dingin mengucur deras ke seluruh wajah, baju pun basah akibat ulahnya. Perasaan itu seakan tak bisa ditahan lagi karena para wanita seakan memberi magnet kuat yang begitu menjadi-jadi, si pria pasrah dengan phobia aneh yang ia alami.

Nyawa tak terancam namun batin begitu tertekan saat sesosok wanita datang, tubuh seakan merasakan sebuah stimuli berlebih tak karuan. Melihat gadis cantik secara visual seakan membuat diri ini gugup, takut dan hilang kepercayaan diri. 

Kekuatan tatapan begitu kuat, mempengaruhi suasana yang ramai menjadi seperti tenang dan semenjak berhenti. Seperti ada durasi panjang saat kedua bola mata dua insan manusia saling bertemu, saling tertuju dan berada pada suatu sisi.

Timbul sebuah pertanyaan dalam benak ini: 

 

Bermain di dunia tarung yang berbeda harus diriku ambil, ini kesempatan besar untuk membuktikan diri bahwa aku bukanlah jago kandang. Ia pun harus keluar dari zona dasar ilmu bela dirinya, semua ingin ia wujudkan dengan tekad, kedisiplinan, dan kepercayaan diri.
Menjadi seorang agen rahasia pasti dipenuhi tantangan yang kuat. Bak cerita di film spionase yang penuhi dengan tantangan dan musuh. Kapan pun dan di mana pun harus siaga, sang agen dituntun dapat menghadapi segala macam hal.

Informasi jadi sesuatu yang begitu berharga, mengintai, memata-matai bak pekerjaan wajib hanya buat mengungkap sebuah rahasia terselubung di dalamnya. Mungkin dahulu cara ini lekat dengan aksi militer, kini ia sudah merambah ke arah industri dan politik. Mencari kelemahan lawan tanpa terendus sedikit pun. 
Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak menyangka dirinya bisa sejauh ini, ia membayangkan dahulunya ia hanya bermain gokart diajak oleh ayahnya. Kini ia bisa berada di dalam kokpit si jet darat. Semua seperti mimpi...

Petang mulai datang, si ibu cemas minta ampun... iya seakan menunggu anaknya pulang. Sejak pagi hari si anak tak kunjung pulang. Ia menghilang tanpa jejak sejak sarapan pagi, pulang sejenak untuk makan siang dan menghilang kembali tanpa arah.

Hari libur seakan jadi hari gembira, semua bocah laki terperangah saat melihat tulisan rental PS: sejam Rp.2000...
Ke manakah ia pergi... hati si ibu bergejolak.
Ia seakan merasakan bermain game tak karuan, waktu libur si abang rental harus rela buka lebih cepat. Ada antrean banyak anak yang siap bermain.. sebagian hanya menonton dan sebagian lainnya bermain. Seakan yang takluk harus angkat stik bertarung dengan lainnya. Yang menang begitu digdaya sambil berucap:
Siapa giliran berikutnya?
Suara riuh Playstation menggema satu sama lain, teriakan pecah saat ada gol yang tercipta. Popularitas game bergenre sepak bola begitu laris, seakan abang rental harus punya begitu banyak stok memenuh hasrat bocah yang sakaw ingin bermain.



Kini semuanya sudah duduk rapi, mengadu taktik atau mencari kelemahan lawan. Kadang ada peraturan yang sering sekali dilanggar, menggunakan taktik curang dalam bermain. Siap-siap saja dibully..
Ah.. ngga asyik... kamu main curang melulu...
Rental PS jadi hasrat yang kadang tidak mampu dijangkau para bocah. Lapangan bola di kompleks seakan mulai menghilang, lokasinya mulai dibangun perumahan mewah. Rumput-rumput hijau tak terlihat lagi, hanya bangunan menjulang bertembok kokoh.

Rental PS tempat terbaik dalam melihat rumput hijau di dalam balik kotak bernama TV. Menjawab dahaga kaki yang tidak pernah merumput, hanya keterampilan tangan yang diuji untuk bertarung dengan lawan tanding.

Selebrasi di ujung gawang pun sudah tidak ada, tergantikan selebrasi di depan wajah lawan saat gol tercipta. Para penonton yang dulu duduk di luar garis lapang, kini malahan mendukung di balik kursi panas rental. Mempertaruhkan harga diri untuk tidak takluk. Bila saja takluk, siap-siap saja menanggung bully-an hingga hari berikutnya.

Pertarungan sengit berlangsung, seakan hanya petang yang mampu mengakhirinya. Uang jajan yang terkumpul setiap harinya kadang harus ludes, menahan diri untuk tidak jajan untuk bertarung. Masuk ke dalam laci abang rental, gantinya ia akan menambahkan jam bermain hingga para bocah senang.
Hari makin petang, tidak ada yang ingin pulang..
Bocah yang menang begitu girang, hampir seharian ia tidak kalah. Bermain terus-terusan tanpa ganti di saat bocah lainnya harus rela antre untuk main lagi.

Hingga satu bayangan muncul dari ruko rental.. bayangannya begitu besar dan memakai daster sambil berteriak. Ayo pulang, kamu main saja dan sampai lupa waktu magrib. Suasana yang tadinya riuh mendadak mencekam.

Jeweran sang ibu seakan mengantarkan si bocah pulang ke rumah. Ia harus tergantikan bukan oleh lawan tanding tapi jeweran dan omelan sang ibu. Candu gamenya pun harus berhenti dan kini ia dia diomeli sepanjang malam.

Begitulah game yang candu, kadang si ibu atau sang istri cukup mengecek dua tempat sakral para bocah dan pria nongkrong. Lapangan bola atau lapak rental... sungguh mereka buat kami candu. Hentikan semua ini!
Segenap barang dan postingan sang fans memenuhi dinding dan hiasan di kamar. Alunan musik si idola terdengar syahdu merdu. Melantun indah dari kamar dengan tambahan sound yang menggelegar.

Si pemilik kamar sedang bersiap, ia seakan terbawa suara nyanyian itu meskipun masih di kamar mandi. Pikirnya saat itu senang karena sebentar lagi ia ingin pergi menonton sang idola. Seakan gaya sang idola serupa sama dengan dirinya.
Older Posts Home

Mengenal Penulis

My photo
M.iqbal
Blogger & Part Time Writer EDM Observer
View my complete profile
Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin

Top of The Top

  • Tiba-Tiba Tenis
    Abang harus latihan tenis, seru kali tau....!! Sebuah himbauan yang mengejutkan pikiranku hening berpikir, diriku seakan tak bisa atau tah...
  • Dibalik Kemudi
    Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak ...
  • Barbershop
    Di sebuah sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah barbershop kecil yang tak terlalu mencolok. Dindingnya berwarna abu-abu tua, dihiasi...
  • Kopi Darat
    Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicara...
  • Penerobos Malam
    Waktu menunjukkan pukul 20:00 WIB, keberangkatan tinggal di depan mata. Para kernet tengah sibuknya mendata penumpang yang sudah naik ke dal...

Rangkuman Tulisan

  • ▼  2024 (36)
    • ▼  August (1)
      • Tiba-Tiba Tenis
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2023 (60)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (5)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)

Copyright © 2019 PEMIKIR BEROPINI. Designed by OddThemes