• Beranda
  • Tentang Saya
  • Tulisan
    • Imajinasi
    • Inspirasi
    • Perumpamaan
    • Pemikiran
    • Renungan
  • Kisah
    • Fiksi
    • Non-Fiksi
    • Puisi
  • Perjalanan
  • Kontak

PEMIKIR BEROPINI

Sebuah Opini Melalui Pandangan Segenap Dimensi

Jangan pernah menganggap remeh peran pion, memang hidupnya hanyalah sebagai tumbal. Maju paling awal dan keluar meja catur juga kadang sama, niatnya mulia agar melindungi kerajaan tetap berdiri kokoh.
Ibarat prajurit kelas bawah, bertarung di medan perang dan membuka pertahanan lawan. Dirinya hanya punya langkahnya begitu terbatas, berjalan satu langkah demi langkah. Hanya bisa memukul lawan saat ia berada di samping kiri dan kanan. Begitu lemah bukan!! 

Cuaca juga sebagai pembentuk watak dan sifat masyarakat suatu wilayah. Berdasarkan data dan fakta yang terungkap, kekerasan dan peperangan banyak terjadi di daerah yang beriklim relatif panas. Sedangkan daerah dingin sedikit adem ayem menyikapi permasalahan dan lebih baik berdamai layaknya alam.

Banyak yang mengatakan cuaca erat dengan kemajuan, walaupun anggapan seperti itu hanya hipotesis semata. Bangsa yang kehidupannya relatif standar rendah alias tak punya iklim yang terlalu ekstrem cenderung hidup dengan biasa-biasa dan hanya menjadi bangsa yang biasa-biasa pula. 


Rumput tumbuh panjang di lapangan bola, tumbuh menjulang ke atas dan buat siapa saja yang bermain bola kesulitan menendang bola. Ia harus rela diinjak-injak oleh manusia yang bermain bola. Menahan beban manusia-manusia yang lumayan berat.

Ia tak punya tangan untuk berpegang, tertekan ke arah bawah dengan keras. Si rumput harus hancur menjadi kekuningan. Injakan manusia begitu membekas, rumput yang memanjang seakan mulai mati. Terganti dengan rerumputan muda yang ingin unjuk diri.

Pagi yang cerah, si tukang parkir bergegas beranjak ke tempat kerja. Meninggalkan sanak keluarga, menjejak ke tempat kerja tanpa lupa membawa rompi parkir dan peluit. Si tukang parkir sadar saat pagi buta manusia sudah bergegas ke tempat kerja, memenuhi jalan protokol agar tak terkena macet.

Tukang parkir harus datang lebih cepat sebelum kendaraan para pengendara tiba. Peluit di tangan dan berdiri di setiap tempat parkir ia lakukan. Satu persatu segala macam kendaraan berdatangan, mengisi setiap lahan parkir yang tersedia. Suara nyaring peluit naik turun terdengar. Tiupannya punya tanpa maksud khusus. Berhentikah atau majukah dan si pengendara sudah tahu aba-aba itu.



Aku hanya secarik kertas putih tanpa noda sedikit pun, bau pabrik tempat diriku diproduksi masih begitu kentara. Kadang aku dengan beberapa lembar kertas lain masih begitu menyatu satu sama lain hingga begitu sulit untuk dipisahkan.

Menjadi kertas putih hidup seperti tanpa satu titik pun yang tertulis di situ. Nilai yang melekat di diriku masih begitu kosong melompong. Kadang bisa berakhir di tong sampah atau menjadi sebuah mahakarya karena tulisan yang terpampang di dalamnya.  
Pagi penuh kantuk tak tertahankan, kantung mata seakan sulit terbuka. Itu ditambah buruk dengan mata yang berkunang-kunang dari pagi hari. Tubuh seakan sempoyongan tanpa ampun.

Ada apa gerangan semalam seorang pria paruh baya tersebut begitu tak enak seharian, di saat seluruh teman-temannya segar bugar di pagi hari?
Penyakit merah jambu bisa datang tak terduga, mengacaukan seluruh organ tubuh dengan sejumlah rasa yang saling campur aduk. Pikiran pun seakan kadang kehilangan akal sehat dan sulit dikontrol.

Rasa itu seakan menjadi-jadi saat sering tersenyum sendiri, mata susah terpejam kala malam tiba, pipi memerah, jantung berdebar kencang hingga keringat dingin mengucur membasahi tubuh. Grogi jangan ditanya, kadang disusul dengan rasa ingin buang air kecil secara tiba-tiba.

Kumandang azan subuh memecah keheningan di subuh dengan napas tersengal-sengal sambil melihat jam, ada perkara besar yang terlewatkan begitu saja. Ternyata itu tandanya waktu imsak telah lewat, semakin jelas terlihat berwarna putih di langit sebelah timur. 

Ada apa gerangan... Ternyata waktu sahur telah lewat

Bangun dalam keadaan penuh kegundahan tak karuan, apalagi di malam harinya tak ada makanan yang mengganjal perut dan minuman yang membasahi tenggorokan. Menu yang dipersiapkan harus terdiam tanpa bisa di makan. Imsak telah memberi tanda menyesakkan, tanpa bisa menyentuhkan makan yang telah disiapkan.

 

Menjadi penulis hebat tak perlu banyak teori, ia hanya butuh menulis dan mengapresiasikan idenya dalam bentuk tulisan. Berlatih dengan keras seakan tak pernah asing dengan rangkai kata menjadi sebuah alur cerita menarik.

Itu semua tak hanya sekedar tahu cara menulis, bukan cukup mengetahui sistematika penulisan dan bukan cara mengungkapkan pemikiran lewat tulisan saja. Ada sebuah hal istimewa yang lahir dari pribadi sang penulis, sesuatu yang istimewa ialah pribadi si penulis.

Perasaan bergidik ngeri pasti datang mengiringi perjalanan bertandang ke markas lawan. Mendukung tim kesayangan memperoleh hasil maksimal hingga ke markas lawan. 

Menempuh jarak yang jauh hingga melintas berbagai negara hanya untuk merasakan atmosfer stadion, berbeda jauh dengan hanya duduk di depan TV ditemani segelas cokelat hangat. 

Dahulu mimpiku bisa menendang bola bak superstar andalanku di lapangan hijau. Menciptakan gol spektakuler hasil dari melewati barisan pertahanan lawan. Pikir bocah berumur awal belasan dengan bola yang ia bawa dari rumahnya.

Lapangan di dekat rumahnya ibarat panggung pertunjukan hingga mungkin kelak pemain besar masa depan. Menendang bola sekeras-kerasnya hingga mendarat ke rawa-rawa selalu dilakukan. Membuat capek sang kiper mengambil bola, serasa mimpi itu terasa dekat. 

Cinta itu ternyata tak asing dengan ilmu pasti salah satu yang bisa dikaitkan dengan fisika. Itu tak berlebihan memang, ibarat salah satunya yaitu medan listrik yang punya daya tarik begitu besar.

Besar medan listrik sebanding lurus dengan muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak. Itulah rumus yang menggambarkannya.

 Seorang lelaki paruh baya duduk di salah satu bangku besi panjang. Menunggu dengan cemas, sesekali matanya mengarah ke ruangan yang ada di salah satu sudut rumah sakit.

Pikirannya campur aduk dan ia seakan tak bisa duduk tenang, menunggu kepastian nasib orang tercintanya. Mempertaruhkan nyawa dirinya atau calon sang buah hatinya. Kini istri sedang melalui proses menjadi seorang ibu dan dirinya menjadi seorang: Ayah muda.
Di sebuah sudut resto mewah kumpulan anak muda duduk rapi di saing berhadapan Mereka sibuk dengan gawainya masing-masing, seakan ingin menampilkan sesuatu yang berbeda.

Pakaian serba mewah melekat di tubuh dengan berbagai barang branded lainnya.

 

Di darahnya mengalir deras jiwa musik, sialnya ia bak bukan seperti pepatah buah jatuh tidak dari pohonnya. Ia belajar otodidak, si bocah mengenal berbagai suara-suara musik di sekitarnya. Ia terlarut dalam lamunan panjangnya, ingin merangkai suara-suara di pikirannya jadi nada runtun.

Mungkin ia bocah lelaki yang beruntung, segala akses musik dibelikan oleh sang orang tuanya. Seakan ia bisa belajar tanpa halangan, menyalurkan kemampuannya dengan alunan musik. Mungkin ia terlalu pendiam dibandingkan dengan saudara lainnya. 

Di ujung meja terdengar cekikan wanita muda, mereka berbicara disusul dengan tawa dan cekikan yang mengganggu. Mereka begitu terlihat mencolok, gaun yang digunakan seakan mencerminkan siapa sebenarnya mereka.

Tak ada satu pun barang tanpa mereka di lingkaran tubuh mereka, pancaran itu mampu menyilaukan siapa saja yang melihat. 
Jeng... tas ini murah kok, aku belinya di Paris langsung saat liburan ke sana 
Kapan kita arisan lagi, udah ngga tahan nunggu undian.
Percakapan itu masuk ke dalam telinga, seakan semua yang ada di dekatnya mendengar jelas pembicaraan mereka.

Sosialita, sebuah status sosial yang tak terbantahkan, citranya seakan buat para wanita yang tak lagi paruh baya tetap memesona. Mereka membuat sebuah kelompok yang punya hal sama atas hobi mereka. Duduk di tempat elit, punya dandanan menor hingga perhiasaan berkilau.

Itulah yang tercermin dari para sosialita, obrolan mereka tak pernah jauh dengan hidup dan apa yang mereka punya. Sebuah benda berharga yang mereka miliki seakan mengangkat harkat dan martabat di kalangannya. Si wanita sosialita yang tak punya pun akan menggerutu di dalam hati. Ia ingin punya serupa atau bahkan lebih dari itu.

Segala acara dilakukan, tak lain dan tak bukan hanya itu pamer. Selebihnya itu tak perlu, kasta panjat sosial ini melekat di dalam benak mereka. Tak sehat memang, tapi itulah gaya hidup mereka pilih. Tak ada yang salah, hanya saja menguras kas pribadi atau suami.

Memang hidup itu berat bagi mereka, tak boleh ada cela. Sedikit saja keluar dari koridor yang mereka sepakati, siap-siap akan kena sindiran. Malunya ampun setengah mati, karena akan terus dibicarakan kapan pun.

Bukan hanya itu saja, segala yang dimiliki pun penuh dengan sindiran. Liburan atau barang yang dimiliki saja akan terus dikatai tanpa ampun apalagi sesuatu yang jauh di bawa standar.

Tapi semua itu nyata tak membuat mereka jera, karena pilihan menjadi sosialita beban peduli akan sesame. Bagaimana saat yang lain tak peduli dengan diri Anda, dengan bergabung ke sana segala tindak tanduk akan selalu diawasi.

Jangan heran kehidupan tak sehat ini seakan membuat mereka tahu segala hal yang kadang tidak kita ketahui. Itu semua hadir dari para sosialita… Hidupmu juga urusanku dan apa yang kamu miliki harus aku miliki juga.

Tertarik ke arah sana, silakan menjadi dalam lingkaran tatanan masyarakat yang sangat peduli banyak hal.

Sesaat mereka sedang duduk manja, terdengar dering telepon yang mengheningkan suasana ruangan. Ternyata salah seorang wanita sosialita di telepon, di ujung pembicaraan terdengar suara omelan sang suami.

Si sosialita yang paling nyaring suaranya seakan mendapatkan teguran yang membuat ia tertegun.

Ma… cepat pulang. Papa perlu mobil untuk pergi kerja…

Apa yang ia bicarakan dan tertawakan seakan berbalik jadi teguran si suami untuk cepat pulang. Ada-ada saja memang, tadi itulah mereka, penuh kejutan setiap apa yang dilakukan.
Older Posts Home

Mengenal Penulis

My photo
M.iqbal
Blogger & Part Time Writer EDM Observer
View my complete profile
Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin

Top of The Top

  • Tiba-Tiba Tenis
    Abang harus latihan tenis, seru kali tau....!! Sebuah himbauan yang mengejutkan pikiranku hening berpikir, diriku seakan tak bisa atau tah...
  • Dibalik Kemudi
    Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak ...
  • Barbershop
    Di sebuah sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah barbershop kecil yang tak terlalu mencolok. Dindingnya berwarna abu-abu tua, dihiasi...
  • Kopi Darat
    Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicara...
  • Penerobos Malam
    Waktu menunjukkan pukul 20:00 WIB, keberangkatan tinggal di depan mata. Para kernet tengah sibuknya mendata penumpang yang sudah naik ke dal...

Rangkuman Tulisan

  • ▼  2024 (36)
    • ▼  August (1)
      • Tiba-Tiba Tenis
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2023 (60)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (5)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)

Copyright © 2019 PEMIKIR BEROPINI. Designed by OddThemes