Kami rindu gelar....
Dahaga gelar seakan kering kerontang berabad lamanya, menahan
raksasa tua dari siberia seakan cerita lama yang selalu dipupuk. Lamanya cerita
itu bak dongeng sebelum tidur, membuat tidur pecinta si kulit bundar.
Peluang itu seakan mulai datang, di mulai pemain-pemain yang punya
kapabilitas tinggi di setiap lini. Hingga jadi tuan rumah bak sebuah kombinasi
lengkap. Kesempatan yang langka karena menjadi penggembira saja tak cukup. Kini
kami berangkat sebagai sang juara, mengangkat tinggi sang trofi ke atas
langit.
Pagi hari di
awali dengan menyeruput kopi sambil membolak-balikkan koran berita hari ini.
Semua berita dibaca dengan seksama, tak ada berita yang terlewatkan hingga hari
mulai beranjak siang. Rutinitas yang tak pernah dilupakan jelang salat subuh, pergi kedai kopi hingga matahari berada di atas kepala.
Kedai kopi yang berada di tengah lalu lalang manusia,
mencari pekerjaan. Berhambur ke seluruh permukaan bumi para manusia-manusia.
Beda jauh dengan para bujang yang mulai termakan usia, tepatnya mereka disebut
para bujang lapuk.
Seorang
karyawan dengan telaten menaruh barang dagang di depan toko. Terlindungi dengan
kaca tebal, bak sekat yang memisahkannya dengan dunia luar. Sang karyawan pun
sadar, barang yang ia taruh punya 'prestise' lebih dibandingkan barang lain yang
tokonya punya.
Pejalan kaki
yang melewati toko setiap hari pasti akan sulit berpaling dengan barang ini.
Tepat pagi hari sang karyawan membuka toko sesuai instruksi pemiliknya. Barulah
barang pajangan itu terlihat jelas, tak terhalang oleh penutup toko.
Seorang pria
berdiri di pinggir lapangan dengan pandangan nanar, menatap timnya yang terus
digempur habis-habisan oleh lawan. Derita semakin bertambah saat pemainnya
harus diganjar kartu kuning kedua, bermain 10 pemain di depan pendukung lawan
terasa begitu berat.
Tiupan kencang
angin dari barat laut tak menggoyahkan niat nelayan tua pencari ikan. Kumpulan
awan hitam di ujung langit seakan menghalangi niat si nelayan tua untuk
menaikkan alat tangkapnya ke atas perahunya.
Nyalinya seakan
dibuat ciut dari kejauhan terlihat awan hitam di ujung langit, kilat dan
geledek seakan menusuk-nusuk lautan yang pasrah. Udara dingin seakan terbawa ke
arah pantai dan menusuk tulang.
Awal mulanya
dirinya sering dianggap lemah oleh sekitarnya. Ia telat memulai saat orang lain
telah begitu akrab dengan teknologi, sering ditertawai dan jadi bahan olok-olok
adalah makanan sehari-hari si pria.
Pria itu tak bergeming
dan ia sadar bahwa tertinggal. Namun ia harus mengejar segala ketertinggalan
tersebut dari teman-temannya. Di saat yang lain dengan mudahnya berinteraksi
dengan teknologi, si pria hanya mampu memperhatikan itu semua. Ia layak
dianggap manusia gaptek di antara kumpulan manusia melek.
Ia tertinggal
dengan teknologi bukan karena acuh, namun jalan hidup yang buat dirinya harus
menjauhi teknologi dalam sekejap. Saat ia memulai, ia harus tahu memulai dari
bawah itu berat. Bagi orang yang gaptek, teknologi seakan buat bingung dan
keringat dingin tak menentu.
Cara menutupi
kegaptekannya, ia pun belajar. Mulai mempelajari komputer secara privat, belajar
penggunaan sosial media, dan bahkan mempelajari semua dasar teknologi. Keringat
dingin bercampur bingung setengah mati makanan sehari-hari.
Hari demi hari
mulai membuahkan hasil, si pria paruh baya itu mulai mahir. Ia ingin kata-kata
gurunya dahulu: Untuk bisa suatu hal yaitu dengan berkecimpung jauh ke
dalamnya. Singkat cerita kemampuan si pria meningkat jauh, teman-temannya tidak
lagi mengolok-olok dirinya lagi.
Namun ia tetap
mawas diri dan tidak pernah berhenti belajar dan ingin tahu. Semuanya ia
pelajari secara otodidak. Mencari tahu dari buku yang ia beli dan juga mencari
kata-kata kunci yang ada di mesin pencarian. Semua itu karena rasa penasaran
dan ingin tahu yang begitu memuncah di dadanya.
Kini
ia ingin melangkah lebih jauh lagi, mempelajari yang lebih rumit dan kadang
hanya mereka yang tahan yang bisa melewatkannya. Ia ingin mempelajari bahasa
pemograman yang sangat banyak, mulai dari tahan pemula hingga level tersulit
sekalipun.
Rasa pusing dan
mual ialah sebuah efek balasan dari komputer, kode script rumit, sejumlah bahasa
pemograman tak ada habis seakan selalu membebat otaknya. Namun ia sabar dan
bertekad kuat ingin menaklukkan, menghilangkan label gaptek yang sering kali
dialamatkan kepadanya.
Bahu terasa
pegal dan mata perih ialah sesuatu yang dirasakan saat ingin tidur. Namun ia
sadar ia kelak akan menjadi “Mastah” bahasa yang sangat populer untuk mereka
yang cukup hebat di dunia komputer.
Jam terbangnya
pun dimulai, saat dirinya mencoba membuat bahasa pemograman sederhana yang
telah ia pelajari sekian lama, membuat virus-virus sederhana, dan mencari tahu
celah dari sistem keamanan orang lain.
Trial dan error selalu datang tanpa henti, seakan itu tanpa tak
lama lagi rasa berhasil akan ia dapatkan. Hingga akhirnya ia berhasil mencapai
tahan di mana ia layak menjadi “Mastah” dan “Hacker” berkat kerja kerasnya
selama ini.
Namun ia sadar
bahwa ilmu hasil kerja kerasnya bukan untuk mencari keuntungan, ia ingin
membantu untuk sesama. Di sana hampir semua rasa ingin tahunya terjawab, kini
saatnya ia memanfaatkan ilmu yang didapatkan untuk berbuat kebajikan bukan
mencari keuntungan yang fana.
Seakan di tahap
itu ia sadar, saat melihat orang-orang gaptek sama seperti dirinya dahulu. Ia
sadar ia telah melangkah jauh, hanya karena ejekan teman-temannya atas
kegaptekannya dan kini bully-an itu jadi batu loncatan membuat ia ahli di
bidang yang buat dirinya dulu keringat dingin.
Mungkin potensi
itu tak pernah keluar andai saja teman-temannya tidak meledeknya, ia mungkin
sama seperti seorang manusia nan gaptek di sudut yang sana. Begitu bingung
hanya untuk mengoperasikan sebuah komputer. Tapi kini ia adalah seorang
penganalisis jaringan komputer ternama yang menjadi kepercayaan banyak orang.
Kini jangan sebut diriku seorang manusia gaptek lagi tapi seorang Mastah
IT.
Di zaman kini saat jarang menemui manusia-manusia introvent, ia berpikir berbeda dibandingkan manusia di lingkungannya.
Saat manusia umumnya
membuka selebar-lebarnya ruang hati dan perasaan di sosial media, mereka para
manusia introvent malah melakukan sebaliknya. Ia seperti tidak mau ambil puing
dengan hingar-bingar dunia ini.
Malam pun mulai
larut, langit yang tadinya dipenuhi oleh gugus bintang seakan hilang satu
persatu. Menyisakan langit kosong dan gelap. Suara lolongan anjing membahana memecahkan
kesunyian malam. Dan semakin lengkap saat suara kendaraan di jalan lenyap satu
persatu. Kini suara jangkrik jauh saja terdengar, menandakan tengah malam telah
tiba.
Aku adalah
seorang pria paruh baya....
Sebuah pesan
singkat tiba-tiba masuk, mengejutkan pikiran dan membuat panik tak karuan.
Ternyata datang dari pujaan hati, sebuah balasan saat pikiran ini menganggap
tak mungkin membalasnya.
Mereka bermain
lepas di belakang layar. Ada dan berwujud nyata, tapi tak ingin terdeteksi oleh
hiruk-pikuk keramaian. Ibarat bayangan yang selalu menguntit ke mana objek itu
berpindah.
Setiap karyanya jadi
rebutan kalangan ternama dan mereka secara langsung mendapatkan tawaran kerja
sama. Bayaran yang menjanjikan dan hak cipta bagi klien tak ia permasalahan.,
karena sejak awal ia sudah tahu konsekuensi tersebut.
Ada beberapa hal
yang ada di benaknya, tak ingin dirinya diketahui banyak orang dan kliennya
bisa terikat oleh bayangan kuatnya. Bayaran dan kesepakatan sudah terjalin,
toh iya senang dan mereka pun riang. Punya karya dibalik andil besar si Ghost
Writer.
Baca juga: Secarik Kertas
Si klien pun
menyepakati dan si Ghost Writer beraksi sesuai permintaan kliennya. Ia berpikir
keras dan kadang menulis berhari-hari, menyiapkan proyek yang dijanjikan
bersama siap sesuai deadline. Akhirnya karya tersebut selesai dengan
sendirinya, semua puas. Termasuk dirinya yang mendapatkan kepercayaan lebih.
Publik sedikit
heran saat orang terkemuka berhasil menghasilkan buku disela kesibukannya karya
begitu fenomenal. Walaupun publik sedikit banyak mengeryitkan dahi, si publik
figur tak jago-jago amat tapi iya punya buku. Kuat dugaan Ghost Writer berada
di balik itu semua.
Buku atau karya
lain kini salah satu kiblat para tokoh atau publik figur terkemuka, mereka
ingin meninggalkan jejak atas apresiasi serta perjalanan panjang hidup mereka.
Lahirlah buku mengenai perjalanan hidup mereka.
Si Ghost Writer
pun ikut senang, ia mendapatkan banjir tawaran dari mereka yang ingin punya
buku misalnya. Bayaran yang menggiurkan jadi sebabnya. Tak hanya itu saja,
berbagai jasa lain si Ghost Writer lakukan dari surat menyurat, artikel, ulasan
produk konten Web/Blog, naskah pidato, siaran pers dan sebagainya.
Si Ghost Writer
makin banyak memiliki kemampuan itu bak banjir pesanan, walaupun ia tak
terlihat tapi ia bak penyokong si klien. Andai saja mereka tak ada, mungkin si
tokoh hanya bermimpi memiliki semua kemampuan itu.
Zaman telah
berubah, dahulu media tulis hanya kumpulan kertas-kertas dan goresan pena. Kini
media sosial berkembang pesat, mengalihkan jasa Ghost Writer tak hanya lekat
dengan penanya. Ia malah lebih banyak menggunakan segenap gadget untuk
menghasilkan karyanya. Makin melek teknologi, makin besar nama si Ghost Writer
dikenal oleh para klien.
Walaupun hidup di belakang layar dan tidak
mencantumkan namanya di karya klien. Kadang ia tersenyum lebar saat seorang
fans berat kliennya tersebut sambil menunjukkan sebuah buku yang tak asing
baginya.
Coba baca buku ini, sangat inspirasi.
*Lalu fans hanyut dalam buku tersebut*
Baik tak apa, saya
sudah duluan membacanya. Dalam hatinya ia bergumam, itu adalah karya saya. Tapi
ia bangga.
Prinsip hidup
Ghost Writer itu sederhana, iya senang membagi jerih payahnya kepada orang
lain. Mengenal dengan mudah dan menjalin relasi dengan orang ternama dari
kliennya. Si Ghost Writer belajar banyak dari kesuksesan yang mereka raih.
Karena besar itu tak perlu publikasi tapi ada dalam kesuksesan orang lainnya
salah satu bukti.
Tertarikkah kalian jadi Ghost Writer?
Mengenal Penulis
Top of The Top
-
Filosofi pohon, semakin rindang dan banyak buahnya makin banyak manusia yang memanfaatkannya. Terik panas yang membakar di siang hari ...
-
Hari mulai senja dan jam pulang kerja pun tiba, semua manusia yang bekerja hendak pulang ke rumahnya. Menghidupkan kendaraan-kendaraan...
-
Gunung terlihat menjulang tinggi, seperti ingin sekali menusuk-nusuk langit. Rupanya yang menjulang terlihat begitu gagah dari kejauhan. Sem...
-
Burung mulai bersiap-siap mengepakkan sayapnya untuk pulang ke rumah, langit mulai terlihat redup bercampur warna kekuningan. Matahari mulai...
-
Gelombang laut adalah benda laut yang sangat setia, tak pernah berpaling dari bibir pantai. Pernahkah dari kalian melihat gelombang laut sam...