• Beranda
  • Tentang Saya
  • Tulisan
    • Imajinasi
    • Inspirasi
    • Perumpamaan
    • Pemikiran
    • Renungan
  • Kisah
    • Fiksi
    • Non-Fiksi
    • Puisi
  • Perjalanan
  • Kontak

PEMIKIR BEROPINI

Sebuah Opini Melalui Pandangan Segenap Dimensi

Hidup ini tak enak lurus-lurus saja dan itu-itu saja. Berjalan hanya pada rel atau tenang tanpa riak sedikit pun. 
Sifat manusia ingin sekali mengikuti arah hidup Ikan Salmon, melawan arus dan tak mendengarkan apa yang didarang selama ia tak mendapatkan jawaban maksimal. Ia merasakan bisikan dan sensasi luar biasa saat melawan arus. Tanyakan Ikan Salmon, pasti ia paham betul.
Mereka bermain lepas di belakang layar. Ada dan berwujud nyata, tapi tak ingin terdeteksi oleh hiruk-pikuk keramaian. Ibarat bayangan yang selalu menguntit ke mana objek itu berpindah.

Setiap karyanya jadi rebutan kalangan ternama dan mereka secara langsung mendapatkan tawaran kerja sama. Bayaran yang menjanjikan dan hak cipta bagi klien tak ia permasalahan., karena sejak awal ia sudah tahu konsekuensi tersebut.  
Pertemuan singkat buat seorang lelaki paruh baya seakan menemukan pujaan hatinya, ia merasakan namanya cinta sebenarnya. Setelah ditolak puluhan wanita yang ia anggap sempurna bagi dirinya. Ia kapok dengan semua itu dan menyerah mengejar cinta sejatinya.

Apa boleh di kata saat banyak ia berhenti mencari pengembaraan cinta, ia menemukan cinta sejati. Degup jantung berdetak begitu kencang saat melihat sesosok wanita cantik yang ada di sebuah brosur penerima beasiswa.

 Aku adalah seorang pria paruh baya....


Sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk, mengejutkan pikiran dan membuat panik tak karuan. Ternyata datang dari pujaan hati, sebuah balasan saat pikiran ini menganggap tak mungkin membalasnya.
Malam pun mulai larut, langit yang tadinya dipenuhi oleh gugus bintang seakan hilang satu persatu. Menyisakan langit kosong dan gelap. Suara lolongan anjing membahana memecahkan kesunyian malam. Dan semakin lengkap saat suara kendaraan di jalan lenyap satu persatu. Kini suara jangkrik jauh saja terdengar, menandakan tengah malam telah tiba.

Hewan malam yang tadi siangnya begitu malu-malu dan lemah saat siang hari. Mereka kini begitu segar bugar. Bertebaran ke seluruh muka bumi untuk mencari makan. Namun ada sesuatu yang janggal, melawan kodrat arah hidup yang ditetapkan. Tak ada batasan antara siang dan malam, makhluk itu bernama manusia.
Malam mulai larut, saat semua manusia lainnya tertidur lelap di atas ranjang dan berselimut. Ada manusia-manusia aneh yang tidak bisa tidur, memikirkan sesuatu yang begitu besar. memperhatikan layar komputernya tanpa henti.

Sesekali, ia menekan-nekan tuts keyboard, mengamati sejumlah kata perintah dan mengganti sejumlah sistem . Bagi sebahagian orang, pekerjaan ini begitu menantang dan sebuah kepuasan tersendiri.

Kekuatan tatapan begitu kuat, mempengaruhi suasana yang ramai menjadi seperti tenang dan semenjak berhenti. Seperti ada durasi panjang saat kedua bola mata dua insan manusia saling bertemu, saling tertuju dan berada pada suatu sisi.

Timbul sebuah pertanyaan dalam benak ini: 

Awal mulanya dirinya sering dianggap lemah oleh sekitarnya. Ia telat memulai saat orang lain telah begitu akrab dengan teknologi, sering ditertawai dan jadi bahan olok-olok adalah makanan sehari-hari si pria.

Pria itu tak bergeming dan ia sadar bahwa tertinggal. Namun ia harus mengejar segala ketertinggalan tersebut dari teman-temannya. Di saat yang lain dengan mudahnya berinteraksi dengan teknologi, si pria hanya mampu memperhatikan itu semua. Ia layak dianggap manusia gaptek di antara kumpulan manusia melek.

 

Suara riuh rendah terdengar begitu keras berasal dari tribun di belakang gawang. Para fans bersorak tiada hentinya, menyoraki kegagalan si kiper menghalau bola secara sempurna. Si kiper layaknya pecundang yang berdiri di depan gawang.

Segala penyelamatan yang tak terhitung banyaknya, dalam sekejap hilang tak terkenang hanya dari sebuah blunder dan perasaan bersalah datang menghujami pikiran. Segala penyelamatan yang ia lakukan terasa tak cukup buat menebus segala yang dilakukan pada momen buruk.  

 

Tiupan kencang angin dari barat laut tak menggoyahkan niat nelayan tua pencari ikan. Kumpulan awan hitam di ujung langit seakan menghalangi niat si nelayan tua untuk menaikkan alat tangkapnya ke atas perahunya.

Nyalinya seakan dibuat ciut dari kejauhan terlihat awan hitam di ujung langit, kilat dan geledek seakan menusuk-nusuk lautan yang pasrah. Udara dingin seakan terbawa ke arah pantai dan menusuk tulang.

Seorang karyawan dengan telaten menaruh barang dagang di depan toko. Terlindungi dengan kaca tebal, bak sekat yang memisahkannya dengan dunia luar. Sang karyawan pun sadar, barang yang ia taruh punya 'prestise' lebih dibandingkan barang lain yang tokonya punya.

Pejalan kaki yang melewati toko setiap hari pasti akan sulit berpaling dengan barang ini. Tepat pagi hari sang karyawan membuka toko sesuai instruksi pemiliknya. Barulah barang pajangan itu terlihat jelas, tak terhalang oleh penutup toko.

 Aku seorang pengadil lapangan hijau, sebuah peluit selalu ada di tanganku. Kecintaanku pada sepak bola tak berujung manis. Karier sepak bolaku tak begitu cemerlang. Pilihanku datang sebagai juri adil di lapangan. Teman-teman kecilku menganggap aku cukup adil dalam memimpin pertandingan.

Pagi hari di awali dengan menyeruput kopi sambil membolak-balikkan koran berita hari ini. Semua berita dibaca dengan seksama, tak ada berita yang terlewatkan hingga hari mulai beranjak siang. Rutinitas yang tak pernah dilupakan jelang salat subuh, pergi kedai kopi hingga matahari berada di atas kepala. 


Kedai kopi yang berada di tengah lalu lalang manusia, mencari pekerjaan. Berhambur ke seluruh permukaan bumi para manusia-manusia. Beda jauh dengan para bujang yang mulai termakan usia, tepatnya mereka disebut para bujang lapuk.
Hembusan asap cerutu menyebar ke seluruh ruangan, pria berkumis tebal sedang sibuk minta ampun. Ia menaruh cerutu di sebelah asap kaca dan di ujung telepon terdengar percakapan alot. Suaranya terdengar aneh, aksen bahasanya berbeda jauh. Tawar-menawar harga seakan terdengar di ujung telepon itu, hingga harga yang disepakati mencapai deal.

Abu cerutunya yang sudah memanjang di bibir asbak akhirnya ia angkat, seakan percakapan itu begitu panjang. Suasana ruangan yang tadinya hening mendadak berubah riuh. Uang kini sudah di genggamannya. Telepon di ujung sana rupanya datang dari manusia timur ujung yang kerap dengan dunia judi.

Gelombang laut adalah benda laut yang sangat setia, tak pernah berpaling dari bibir pantai. Pernahkah dari kalian melihat gelombang laut sampai ke daratan dalam keadaan berpaling?

Tak pernah, iya begitu setia...
Older Posts Home

Mengenal Penulis

My photo
M.iqbal
Blogger & Part Time Writer EDM Observer
View my complete profile
Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin

Top of The Top

  • Tiba-Tiba Tenis
    Abang harus latihan tenis, seru kali tau....!! Sebuah himbauan yang mengejutkan pikiranku hening berpikir, diriku seakan tak bisa atau tah...
  • Dibalik Kemudi
    Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak ...
  • Barbershop
    Di sebuah sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah barbershop kecil yang tak terlalu mencolok. Dindingnya berwarna abu-abu tua, dihiasi...
  • Kopi Darat
    Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicara...
  • Penerobos Malam
    Waktu menunjukkan pukul 20:00 WIB, keberangkatan tinggal di depan mata. Para kernet tengah sibuknya mendata penumpang yang sudah naik ke dal...

Rangkuman Tulisan

  • ▼  2024 (36)
    • ▼  August (1)
      • Tiba-Tiba Tenis
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2023 (60)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (5)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)

Copyright © 2019 PEMIKIR BEROPINI. Designed by OddThemes