Barbershop

Di sebuah sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah barbershop kecil yang tak terlalu mencolok. Dindingnya berwarna abu-abu tua, dihiasi dengan poster-poster klasik yang menggambarkan potongan rambut dari era yang berbeda.

Para model yang terpampang di sana ibarat pahlawan sebenarnya. Mereka seakan memberikan pencerahan di tengah keraguan pria dalam memilih potongan rambut. Pria memenang manusia yang aneh dan tak neko-neko.

Istilah rapikan seakan sudah melegenda dalam pikirannya. Jangan heran tukang pangkas andalan adalah pria yang ia andalkan saat rambut mendadak panjang dan berantakan. Sudah saatnya, rambut ini pergi, seakan sampo rambut tak sanggup lagi membersihkannya dan juga minyak rambut yang kelelahan membuatnya klimis.

Sebuah tiang barber berwarna merah, putih, dan biru berputar perlahan di depan pintu masuk, seolah mengundang siapa saja yang lewat untuk sejenak merasakan ketenangan di dalamnya. Ini seakan jadi ciri khas sebuah barbershop yang melegenda. Bahkan itu penanda buat mereka yang rambutnya sudah mengenai kuping.

Di dalam barbershop ini, waktu seakan berhenti. Suara gunting yang beradu dengan rambut, dengungan halus mesin cukur, dan percakapan ringan antara tukang cukur dan pelanggannya menciptakan simfoni yang menenangkan.

Ada sesuatu yang magis di sini, sesuatu yang melampaui sekadar potongan rambut. Di sini, orang-orang datang tidak hanya untuk memperbaiki penampilan mereka, tetapi juga untuk menemukan kembali diri mereka. Awal mulanya lusuh menjadi klimis nan rapi saat bersolek di depan cermin barber.

Para pelanggan yang datang ke barbershop ini pun beragam. Ada pria muda yang ingin tampil segar untuk kencan pertama, ada juga kakek yang setia datang setiap bulan untuk mempertahankan potongan rambut klasiknya. Setiap orang membawa cerita mereka sendiri, dan di barbershop ini, mereka menemukan pendengar yang setia.

Barbershop ini adalah tempat di mana penampilan luar diubah, tetapi juga tempat di mana hati diperbaiki. Di sini, cermin tidak hanya memantulkan wajah, tetapi juga jiwa. Setiap kali seseorang duduk di kursi barber, mereka memberikan kepercayaan penuh kepada tukang cukur.

Satu hal yang tentu menarik dari tukang cukur, mereka bisa mendapatkan segudang cerita dari pelanggannya. Ceritanya mengenai keluh kesah, pengalaman indah hingga kadang malah tertidur pulas tak sadarkan diri. Aura kantuk seakan datang dengan cepat saat duduk di kursi pangkas.

Ada satu hal yang menjadi misterius hingga saat ini, bagaimana bisa sebuah barbershop membuat rasa kantuk tak tertahankan. Saat kain kep kip dipasangkan melingkar pada badan, sejenak rasa kantuk tak tertahankan datang. Mencoba tegar, tapi ada daya karena rasa kantuk hadir seketika mengacaukan konsentrasi melihat prosesi pemangkasan.

Ada juga anak-anak datang ke barbershop, perlakuannya juga berbeda. Pemilik usaha seakan sudah ada papan khusus. Ia ibarat penunjang tinggi agar si anak bisa dipangkas, bangku kecil ini seakan memberikan pengalaman pangkas tak terlupakan bagi anak kecil. Pengalaman yang sampai saat ini masih teringat dalam pikiran.

Tukang pangkas bisa dibilang semangat orang yang krusial, ia seakan paham keinginan pria untuk tampil beda. Mereka penyelamat para pria untuk tampil beda, salah gaya saja bisa berakibat fatal. Maaf, peluangmu jadi langganan sudah terkikis di hari itu.

Satu hal yang menarik dari sebuah barbeshop: jasa pijat. Perannya sangat krusial setelah prosesi pangkas dan cukur berakhir. Ia seakan penutup dalam proses pangkas. Seketika tukang pangkas mengeluarkan ramuan pijat andalannya.

Memijat setiap bagian kepala dengan teknik khusus, seakan menghilangkan rasa tegang urat selama seminggu terakhir atau beban hati yang melelahkan. Seakan setiap kretekan tulang adalah rasa lega lepas dari beban itu.

Hingga akhirnya ia menyapu  rambut yang ada di bahu kita, pertanda prosesi cukup selesai. Itu ikuti dengan hal yang namanya membuat kain kep kip. Menyisir rambut menjadi rapi bak aktor hollywood.

Pangkasnya sudah selesai, di situlah percaya bahwa mereka akan keluar dengan perasaan yang lebih baik, lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi dunia. Terima kasih jasanya, wahai barbershop andalanku.

Share:

0 comments