Secara tak langsung jawaban yang kamu berikan
perlahan berkurang. Rasanya tak asyik seperti dulu, seakan ada benteng besar
yang menghalangi di dirimu. Setiap aku membuka ponsel, selalu ada jawaban dari
dirimu.
Rasanya aku seperti senyum-senyum sendiri saat
chatting dengan kamu. Dopamin berpacu dengan sangat banyak, memenuhi otak yang
membuat hati begitu bergembira. Aku merasa begitu gembira dengan itu semuanya.
Angin laut membawa nelayan pulang ke daratan, membawa sejumlah ikan tangkapan hasil semalam suntuk. Si nelayan siap menjual hasil tangkapannya ke pasar ikan dan mendapatkan jerih payahnya di tengah lautan, melawan mabuk laut dan angin laut yang dingin.
Semua itu tidak didapatkan dengan mudah, si nelayan harus punya elemen penting. Mereka adalah kapal dan jaring. Bila kedua itu tak ada, apa daya si nelayan. Ia hanya merenung sambil memandang laut yang luas.
Semua mulai tertidur lelap dan bersanding dengan mimpinya masing-masing. Menutup rapat kakinya dengan selimut sembari merebahkan seluruh tubuhnya di tempat tidur. Di saat bersamaan, ada manusia-manusia yang hatinya gundah gulana, mencoba tidur tapi tak datang rasa kantuk sedikit pun.
Segala macam cara sudah ia coba, mulai dari menjauhkan kafein, menjauhkan sejumlah gadget, membaca buku, menenangkan pikiran untuk tidur dan bahkan memakai cara menghitung anak domba. Tapi malah ia bingung mengapa mata ini tak terpejam juga.
Di zaman kini saat jarang menemui manusia-manusia introvent, ia berpikir berbeda dibandingkan manusia di lingkungannya.
Saat manusia umumnya membuka selebar-lebarnya ruang hati dan perasaan di sosial media, mereka para manusia introvent malah melakukan sebaliknya. Ia seperti tidak mau ambil puing dengan hingar-bingar dunia ini.
Tak ada yang menyangka itu adalah selasa kelam di kota metropolitan dunia, New York. Langit begitu cerah dan aku siap dengan pekerjaan baruku di sebuah restoran ternama. Bagaimana bangganya diriku bisa bekerja di sebuah restoran tertinggi di kotaku. Orang tuaku di negara bagian pasti tersenyum bangga dengan pekerjaanku saat ini.
Gunung terlihat menjulang tinggi, seperti ingin sekali
menusuk-nusuk langit. Rupanya yang menjulang terlihat begitu gagah dari
kejauhan. Semua mata tertuju pada karya tuhan itu. Tumpukan bebatuan dan tanah
saling bertubrukan hingga padat menghasilkan karya, sebuah kontur kasar bernama
“gunung”