Kesengsem

Pertemuan singkat buat seorang lelaki paruh baya seakan menemukan pujaan hatinya, ia merasakan namanya cinta sebenarnya. Setelah ditolak puluhan wanita yang ia anggap sempurna bagi dirinya. Ia kapok dengan semua itu dan menyerah mengejar cinta sejatinya.

Apa boleh di kata saat banyak ia berhenti mencari pengembaraan cinta, ia menemukan cinta sejati. Degup jantung berdetak begitu kencang saat melihat sesosok wanita cantik yang ada di sebuah brosur penerima beasiswa.

Kata siapa lelaki makhluk yang kuat?

Lelaki itu makhluk yang lemah, apalagi saat melihat sesuatu yang buat otaknya memvisualisasi itu menarik. Bayang-bayang itu terus menghampiri pikirannya tanpa mengingat waktu. Kejadian yang terjadi tadi siang masih sulit untuk kabur di pikirannya.

Esok hari ini mencari tahu sesosok wanita yang terpampang di sebuah brosur sebuah tersebut. Lelaki yang mulai ragu akan kebenarannya cinta itu mendadak berubah 180 derajat. Ia yang tak mau tahu segala hal menjadi seorang yang rela mengumpulkan semua data mengenai sang “target”

Ibarat seorang agen CIA ternama, mencari tahu biodata, jaringan pertemanan, segala kesukaan dan kisah masa lalu sang gadis. Ia telah mengubah menjadi penguntit sejati tanpa harus identitasnya diketahui dengan jelas.

Cinta pada pandangan semu seakan layak disematkan pada dirinya. Ia merasakan rasa kesengsem tanpa ampun. Tergila-gila di dalam pikirannya dan menganggap cinta dulu hanya hitam dan putih malah jadi penuh warna.

Namun ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya, ia hanya orang baru di dalam hati sang wanita tersebut. Tak pernah bertutur kata dan bahkan berjumpa. Bagaimana suaranya, gelagatnya hanya ada sebuah pengandaian.

Bukan lelaki bila harus menyerah di tengah jalan, mengatur pertemuan secara spontan lebih baik dibanding penuh perencanaan yang berakhir adi sebuah wacana. Si lelaki itu memberanikan diri ingin mengutarakan hatinya yang dipenuhi buncahan rindu.

Ia pun masuk dalam dunia si wanita, rasa kesengsem dan mengagum secara rahasia bersatu padu. Ia memang pemalu akan mengungkap rasa itu, apalagi peluang gagal seperti masa lalu masih terus menghinggap pikirannya.

Namun dada yang selalu berdegup kencang dan rindu yang sudah begitu menumpuk di hati membuat ia harus bertindak lebih dari seorang pengagum rahasia. Si wanita tersebut pun selalu dipenuhi rasa penasaran akan seseorang yang mengirimkan puisi indah tanpa nama pemberinya.

Si wanita setali 3 uang dengan nasib si pria, ia yang menutup diri dari pengalaman buruk di masa lalu. Ia akan menerima cinta yang benar-benar berbeda dan serius kepada dirinya. Bukan hanya mengharapkan kecantikannya saja.

Hidup memang dipenuhi akan orang yang kita sukai namun tidak balik mencintai dirimu sebaliknya. Sebuah paradoks yang nyata itu buat rasa kesengsem sang lelaki bahwa sang wanita memang berbeda dari yang lain.

Ia mengatur segenap rencana untuk bisa bertemu, namun tak bisa. Ia tak mau seperti lelaki lainnya. Rencana yang ia susun pun seperti akan gagal, apalagi ia hanya menuliskan sesuatu di secarik kertas dan mengharapkan kesediaan bertemu di taman mekar setelah matahari mulai condong.

Di tempat yang lain, si wanita yang bertanya-tanya di dalam hatinya pun gundah. Ia melihat perjuangan keras si pria tanpa identitas tersebut. Ia memilih jalan lain di saat semua orang dengan mudah berinteraksi dengan sosial media. Menggoda dengan rayu dan manja agar si wanita luluh bermodal paket kouta super irit.

Sepertinya ia lelaki yang berbeda, dan janji yang tertulis di secarik bukti bahwa menemui siapa sosok lelaki tersebut.

Hari mulai sore dan tak ada tanda-tanda akan si wanita pujaan hati yang ia kagumi datang, si lelaki ibarat bermimpi melihat hujan turun deras di gurun terpanas di dunia. Ada peluang tetapi sangat kecil. Sebaiknya aku harus pulang dan melupakan sang gadis idaman datang. Sepertinya cinta ini akan gagal seperti yang terdahulu. 
Namun tanpa disadari ada yang memanggil dari arah belakang: 
Kamu yang suka mengirim surat tanpa pengirimnya ya?? 
Err.... iya... (suara lelaki itu terbata-bata, seperti ada yang salah)

Kamu itu bikin aku penasaran lho, sambil sebuah senyum tipis mengembali, Memang aku tak dikasih tempat duduk. Wajah sang lelaki yang tadinya penuh awan kelabu mendadak berubah menjadi begitu cerita. 
Cerita dong, kenapa surat kamu tulisannya begitu magis hingga aku menyukai dan rela datang ke sini.

Itu semua rasa kesengsem pada dirimu, belum pernah berjumpa namun memiliki aura yang berbeda. Aku pun merasakan hal demikian, setelah menutup hati ia merasakan lelaki yang mengaguminya adalah pria yang tulus.

Mereka pun terus melanjutkan pembicaraan hingga tak terasa sena sudah di depan mata.


Besok kita sambung lagi ya, tak usah harus mengirim surat cukup telepon saja.

Tags:

Share:

0 comments