Hari Kemenangan
Suara kumandang Azan Magrib pun tiba, matahari telah terbenam di ufuk barat dan itu tanda Bulan Ramadhan telah lewat. Kini giliran Bulan Syawal datang, menyambut jutaan umat muslim yang telah melewati rintangan sebulan penuh dengan menahan diri.
Lantunan takbir pun setelah Salat Magrib berkumandang saling bergantian antara surau dengan surau yang lain. Kini para muslim telah berhasil menunaikan segala kewajiban selama sebulan penuh.
Rasa bahagia dan sedih pun bercampur aduk, bahagia karena telah melewati semuanya tanpa kendala apapun dan sedih andai tak bisa berjumpa dengan Ramadhan selanjutnya. Suasana Ramadhan begitu oleh kaum muslim, bak gudang mencari pahala dan sebanyak-banyaknya.
Ramadhan layaknya kompetisi nan panjang, yang harus berguguran satu persatu hingga hanya menyisakan mereka yang benar-benar tahan banting. Apalagi begitu banyak yang menganggap puasa hanya tradisi, tarawih hanya dikerjakan beberapa hari hingga amalan lain tak terlalu di peduli.
Namun saat Ramadhan telah berakhir mereka bahagia sekali, menganggap dirinya telah bersih layaknya bayi yang dilahirkan padahal masih banyak dosa yang tertinggal di dalam diri. Di saat masa-masa krusial Ramadhan akan berakhir, banyak dari mereka sibuk setengah mati menyiapkan idul fitri tapi lupa akan ibadah wajib di bulan suci.
Siapakah yang sebenarnya layak mendapatkan hari kemenangan yang hakiki?
Merekalah yang telah berhasil lolos dari pelatihan intensif selama sebulan penuh, berhasil menempa dirinya hingga layak mendapatkan predikat suci langsung dari sang pencipta. Bukan yang menganggap sendiri tanpa ada usaha berarti.
Kumandang takbir semakin sah bahwa mereka orang yang begitu merasa suka dan cita itu, seakan nilai spiritual yang dipupuk selama sebulan membuahkan hasil. Malam serasa indah dengan kumandang takbir hingga larut malam, menunggu seremonial sebenarnya yaitu salat Ied.
Pagi pun tiba, rombongan berpakaian rapi dan wajah berseri-seri berjalan ke tempat ibadahnya masing-masing. Melaksanakan satu tuntutan setelah selama sebulan melaksanakan segala kewajiban berpuasa dan menjauhi segala larangan lainnya.
Membentuk shaf-shaf nan rapi untuk mendirikan segera salat Ied hingga saat penceramah selesai menyampaikan ceramahnya. Berbaurlah muslim tadi, saling maaf-maafkan satu sama lainnya dengan saudaranya, bahagia karena telah mendapatkan kemenangan yang hakiki bukan cuma setengah-setengah melaksanakan amalan di bulan suci.
Karena kemenangan sebenarnya hanya mereka yang benar-benar telah lolos uji dan selamat anda termasuk yang mendapatkan hari kemenangan itu.
Tags:
Renungan
0 comments