Berpikir Idealis

Menjadi orang yang idealis begitu sulit, cobaan selalu saja ada di sekitarnya. Di dunia ini hanya ada dua golongan, mereka yaitu orang aneh yang memegang erat prinsip idealisme dan mereka yang pasrah pada semua yang realistis nan apatis. 

Idealis, anggapan yang tergambar dari mereka yang memegang penuh rasa idealisme. Ia seakan sangat antusias dan punya keyakinan penuh. Semua itu bercampur rasa emosional dan visi nan menggebu di dalam jiwa.


Sifat idealis seakan melekat erat dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya hingga kebiasaan. Tumbuh berkembang di dalam jiwa-jiwa dan perlahan bermanifestasi menyeluruh dalam prilaku, pola pikir, dan ide. Seakan sangat sulit tergerus dari suara-suara sumbang dan ajakan untuk sedikit realistis.

Sentimen negatif acapkali menghinggapi mereka berpaham idealis, suara-suara nada sumbang datang saat si pemegang erat prinsip idealis. Ia seakan dinasihati hingga disuruh berpikir apa yang sedang ia jalani tak masuk akal. Kata-kata sumbang itu seakan mental block yang mengacaukan pikiran dan mempengaruhi mental. Anda saja ia tak kuat, dalam sekejap ia akan memutar kemudi.

Mungkin di negeri ini hanya sedikit manusia yang mempertahankan sifat idealis dirinya. Semua seakan memudar saat terdesak dan patah arang, tak ada jalan lain selain kembali realistis. Apakah salah berpikir terlalu idealis atau mempertahankan sifat idealis?

Sebuah pendapat mengatakan, jangan terlalu idealis karena mereka yang terlalu idealis akan tergilas zaman. Mati tak berdaya dan kadang ditertawakan oleh zaman. Lebih baik menjadi apatis yang aman dari tindihan zaman yang bisa berubah setiap saat.

Mungkin mereka yang memilih jalan sebaliknya (read: realistis) ingin mengikuti arus, ia tak mau terjerumus kepada ketidakpastian yang membuat hidup tidak jelas. Jangan harap ada perubahan yang bisa dilakukan mereka yang mengikuti arus. Ibarat mencari jalan aman hingga ada seseorang yang memberi perubahan.

Siapakah mereka? Mereka yang berpikir idealis, melakukan ketidakmungkinan dan mempertahankan prinsip yang ia pegang erat. Suara sumbang seakan jadi pelecut melakukan perubahan di pola pikir nan statis.

Mereka para idealis seakan tiada hentinya berpikir dan melawan segala yang bertentangan. Ia mendobrak segala yang tak masuk akal menjadi nyata. Semua tokoh pengubah dunia berpaham idealis dengan pahamnya. Ia ingin membuktikan apa yang ia perjuangan tidak sia-sia, membuka mata dan pikiran banyak orang.

Memberikan perubahan kecil bak secercah patriot yang menyala di dalam gelap. Semua itu layak diacungi jempol atas keberanian dan dedikasi mempertahankan paham idealis. Bak mimpi yang menjadi kenyataan, memberi gebrakan bahwa perubahan itu ada walaupun kecil.

Kini apa yang diperjuangkan terdahulu jadi dedikasi dan bukti, saat yang lain tidak berani mempertahankan idealis, terkungkung di dalam zona realistis. Mereka yang idealis kemudian dikenang dan melekat erat di pikiran karena memberi secercah pembeda.

Semua itu terjadi karena ia tahu, tak ada yang tak mungkin selama itu baik. Itulah mereka, para pemikir idealis di zaman nan apatis.

Share:

0 comments