Imaji Fans

Segenap barang dan postingan sang fans memenuhi dinding dan hiasan di kamar. Alunan musik si idola terdengar syahdu merdu. Melantun indah dari kamar dengan tambahan sound yang menggelegar.

Si pemilik kamar sedang bersiap, ia seakan terbawa suara nyanyian itu meskipun masih di kamar mandi. Pikirnya saat itu senang karena sebentar lagi ia ingin pergi menonton sang idola. Seakan gaya sang idola serupa sama dengan dirinya.


Tak ada kata datang terlambat, karena ia sudah menunggu lebih 3 bulan lamanya waktu itu datang. Menunggu sang idola berdiri di atas panggung utama, melantunkan lagu yang selalu ia dengarkan setiap hari.

Secepat kilat ia sudah siap, pakaian khas konser sudah ia persiapkan. Sembari menelepon kolega yang ingin menonton pula. Melintasi macetnya jalanan, debu yang menguras lelah air muka hingga sampai tujuan. Lelah di jalan seakan tidak pernah mempan.

Antre masuk ke lokasi konser sudah mengular, ada banyak yang lebih fanatik telah datang. Mereka pun ingin merasakan aura sang idola. Antrean tiket memang begitu melelahkan, melemahkan urat betis yang pegal menungkai terus-terusan.

Menguras tenaga hingga sampai ke setiap pintu pemeriksaan, begitu ketat seakan menghindari aksi tiket palsu atau bahkan benda yang dilarang masuk ke lokasi konser. Mendesak-desak dengan oksigen yang terbatas, itu hal lumrah yang harus dirasakan oleh sang fans.

Antrean yang sempit seakan begitu lebar saat masuk ke dalam lokasi konser. Sound yang terpaku besar di sudut area, siap menggetarkan sanubari siapa saja yang ada di sana. Hitungan menit lagi konser akan dimulai.

Suasana yang tadinya terang mendadak remang, koreografer tempa sudah lebih dahulu mematikan lampu. Supaya kondisi konser lebih memikat mata. Efek cahaya yang dipantulkan jadi terasa lebih hidup dan nyata.

Tanda-tanda itu mulai dekat, aba-aba mulainya telah datang. Semua fans bersorak gembira. Penantian panjang itu sudah tiba, hati terasa deg-degan mati. Karena itu konser besar pertama yang ia tonton, bukan konser kecil yang biasa berlangsung di lapangan lepas. Ruangan besar itu seakan mampu menampung ribuan penonton dan pantulan suara.

Hingga musik pertama masuk mengiringi, suara pecah penonton menggema. Ada euforia tak terhingga yang hadir. Semua larut dalam hipnosis itu, meloncat, bernyanyi hingga berteriak seakan tak henti dari satu fans satu dengan yang lain.

Ia hanya bisa kagum karena selama ini ia hanya pengagum secara benda dan asesoris si idola. Kini ia melihatnya begitu dekat dari panggung, seakan si idola memperhatikan ia dari ribuan penonton lainnya. Campur aduk hingga konser pun berakhir... dua jam itu begitu singkat, tapi itu semua sudah berakhir dengan cepat.

Fans yang berkerumunan mulai beranjak pulang, ada yang berfoto dan ada yang masih belum percaya konser sudah berakhir. Si idola sudah pergi entah ke mana, bisa saja ia pergi mengisi konser serupa di belahan dunia lainnya. Tak tahu kapan datang ke mari dan melihat aksinya.

Seakan ada imaji fans yang tak berbatas, tanpa memberi dimensi dengan sang idola. Satu kata untukmu, aku candu dengan pertunjukkan mu.

 

Share:

0 comments