Eksistensi Tulisan
Berbicara itu
mudah diucapkan, tersampaikan atau terabaikan begitu saja, lalu menghilang
terbawa oleh angin yang bertiup. Masuk ke dalam telinga dan tak berapa lama
kemudian terabaikan. Semua bisa dengan mudah berucap dan bisa dipahami oleh
mendengarkannya.
Namun menulis, Ini lebih sulit dan berbeda, tak lepas
seperti suara yang mudah dibawa angin dengan mudah. Begitu banyak yang sedikit
terhenyak saat menulis, harus berpikiran panjang, merangkai kata dan bahkan
mengeja kalimat itu sebelum jadi sebuah tulisan utuh.
Saya jadi ingat
sebuah kata-kata bahwa menulis itu sulit dan tidak semua mampu. Butuh
konsistensi berbalut eksistensi untuk bisa menghasilkan tulisan berbobot dan renyah
saat dibaca oleh orang lain. Bukan sebuah tulisan keluh kesah akan kehidupan
dan curhatan pribadi, Namun tulisan yang memberikan eksistensi berbagai dimensi
waktu.
Manusia mati meninggalkan karya dan semua itu biar manusia selanjutnya tahu segala sepak terjang ia goreskan melalui tinta dan tulisan.
Menulis bak
eksistensi tanpa batas waktu, ia tak akan padam digerus zaman. Tetap kekal dan
bisa dibaca oleh generasi selanjutnya. Tulisan bak sebuah perkataan yang
melintasi zaman, seolah-olah diri ini berbicara dengan pendahulu dan manusia di
masa depan.
Tulisan jadi
sebuah penyambung lidah, seakan-akan pola pikir si penulis mampu dipahami oleh
para pembaca walaupun berada di lintas zaman. Ia seakan tak padam dan hilang
dari hiruk-pikuk dunia. Itulah salah satu cara manusia tak terputus oleh zaman,
ia bak inspirasi walaupun telah lama ditinggal mati.
Manusia yang
berani terjun untuk menulis dengan serius pun sedikit, mereka seakan menyerah
sebelum bertanding. Menulis bak sebuah keberanian, apakah untuk mengubah atau
mengutarakan pendapat. Kekuatan tulisan pula jangan tanya, ia mampu menyatukan
kekuatan tanpa harus mengangkat senjata.
Kadang begitu
teduh saat membaca sebuah tulisan atau sampai membuat telinga dan hati panas.
Ia pulalah membuat penulisnya mampu dikenal zaman dan mengubah hidup, semua itu
karena tulisannya mampu eksis.
Tulisan seakan tak
perlu modernisasi layaknya teknologi, ia tetap terlihat enak walaupun telah
lampau. Maksudnya tak berubah dan semua memahaminya.
Lewat keberanian
mengutarakan pendapat tak hanya dari bacotan suara yang timbul tenggelam.
Menulis dan menghasilkan tulisan layak dicoba, tak ada yang tahu tulisan yang
berhasil digoreskan mampu membuat dirinya eksis dan menginspirasi jutaan
manusia lainnya.
Tak ada yang lebih
berharga dari itu semua, dalam tulisan kita bisa menghasilkan berbagai alur
cerita, tokoh dan opini. Membuat sadar dan berimbang dalam menanggapi sesuatu
hal. Cara terbaik adalah menulis.
Ingin dikenang
atau malah terlupakan seakan tak pernah ada dan semua itu karena kekuatan dari
eksistensi tulisan. Membuktikan si penulis pernah ada dan mengemukakan pendapat
tak hanya lewat suara yang terbiaskan oleh angin semata.
Karena menulis
sebuah keberanian dan tulisan adalah buah keberanian serta eksistensi.
Tags:
Pemikiran
0 comments