Cemara Pantai
Senja pun mulai terlihat dari jauh, berwarna
kekuning-kuningan dari ufuk barat. Seakan-akan matahari akan segera tenggelam. Itu semakin jelas terlihat
dari pantai nan landai, matahari seakan tenggelam secara perlahan-lahan disambut
oleh lambaian cemara pantai. Mereka berbaris rapi layaknya para prajurit saat
apel pagi.
Mereka para cemara pantai meliuk-liuk
setiap hari dan seakan tak pernah patah akan dahannya apalagi tumbang. Saat
senja datang, angin darat pun tiba. Meniup para nelayan ke tengah laut untuk
mencari ikan dan cemara pantai seolah menunduk ke arah laut. Sedangkan saat
pagi hari, giliran lebih banyak menunduk ke arah darat akibat angin laut yang
membawa pulang nelayan serta tangkapannya.
Sungguh takjub diri ini saat memandangi
cemara pantai, ia seakan diciptakan untuk meredam angin dari laut nan ganas
lagi merusak. Membuat atap-atap rumah warga tak bersuara terlalu kencang saat
angin datang. Dan pula membuat sebuah simfoni indah saat angin bergesekan
dengan dedaunan cemaranya berbentuk layaknya lidi yang mudah luruh dan menutupi
tanah pantai.
Suara simfoni itu semakin jelas saat
gesekan angin saling naik turun saat menabrak pohon cemara. Manusia yang duduk
di bawah pohon cemara merasakan sensasi luar biasa. Ini bak laksana merasakan
keteduhan di kala siang hari ditambah simfoni khas alam. Sungguh syahdu.
Baca Juga: Makhluk Nokturnal
Tak hanya itu saja, pohon cemara yang tak
sekokoh pepohonan besar di tengah hutan. Batangnya yang ramping dan elastis
layaknya sebuah pegas yang bisa bergoyang leluasa ke sana dan kemari. Ini
seakan membuat dirinya tak harus melawan dan meredam energi, akan tetapi akan
seakan mengikuti energi itu.
Si cemara juga pintar dalam energi yang
menimpa dirinya, ia akan mengikutinya sambil mengubahnya layaknya suara-suara
indah yang syahdu. Dan jangan pernah anggap remeh mereka, begitu banyak
insinyur yang belajar dari si cemara pantai. Tubuhnya yang tak kekar namun
gemulai menjadi bahan acuan dalam membuat bangunan tinggi dalam melawan energi.
Inspirasi itulah yang menghasilkan
bangunan bertulang baja yang salah satunya tahan akan gempa. Bangunan terdahulu
yang sifatnya statis berubah bentuknya dinamis mengikuti gerakan gempa layaknya
si cemara pantai saat diterpa angin. Ia mengikuti arah energi bukan melawannya
untuk perkasa, andai ia melawan dari dahulu. Khatam sudah riwayatnya sebelum
tubuh besar memenuhi baris bibir pantai.
Pelajaran hidup yang ditularkan oleh
cemara pantai begitu sederhana, ia memberi sebuah pesan bahwasanya tak perlu
memberi perlakuan yang sama terhadap perlakuan buruk orang lain. Namun beri hal
yang berbeda, malahan sebuah perilaku buruk itu menjadi sanjungan untuk diri
sendiri serta contoh kepada orang lain dai bersikap.
Karena semua yang ada di dunia ini adalah
sebuah pembelajaran hidup dan esensi-esensi bernilai nyata untuk hidup yang
lebih berharga.
Tags:
Perumpamaan
0 comments