Cuaca dan Bangsa
Cuaca juga sebagai
pembentuk watak dan sifat masyarakat suatu wilayah. Berdasarkan data dan fakta
yang terungkap, kekerasan dan peperangan banyak terjadi di daerah yang beriklim
relatif panas. Sedangkan daerah dingin sedikit adem ayem menyikapi permasalahan
dan lebih baik berdamai layaknya alam.
Banyak yang
mengatakan cuaca erat dengan kemajuan, walaupun anggapan seperti itu hanya
hipotesis semata. Bangsa yang kehidupannya relatif standar rendah alias tak
punya iklim yang terlalu ekstrem cenderung hidup dengan biasa-biasa dan hanya
menjadi bangsa yang biasa-biasa pula.
Tak perlu
persiapan buat menghadapi cuaca iklim dengan persiapan makanan, pakaian khusus
dan hal khusus lain. Saat itulah manusia yang punya persiapan lebih matang akan
punya rencana yang lebih jelas ke depan. Itulah kenapa negara kemajuan bangsa
punya kemajuan dalam hal sektor iklim.
Suasana yang
nyaman membuat manusianya terlena untuk maju
Tidak ada yang
perlu dikhawatirkan, toh cuaca tropis kita bisa bercocok tanam kapan saja, pergi
ke mana saja, dan bisa pakai pakaian yang sama tanpa mengindahkan musim. Itulah
yang membuat kenapa manusia yang hidup di daerah beriklim tropis sedikit
tertinggal dibandingkan dengan masyarakat di daerah subtropis.
Baca juga: Fenomena Gunung Es
Tidak bisa
dipungkiri, cuaca sebagai tembok ketahanan umat, dengan cuaca kadang masyarakat
sering mengeluh dan kadang sering senang bahagia. Anggapan itu mereka yang
hidup di daerah relatif ekstrem, baik terlalu dingin dan panas punya dayang
saing lebih kuat. Sedangkan negeri yang beriklim sedang, kadang terkesan tak
setangguh mereka yang tadi.
Perubahan cepat
itu penting dan alam mengajarkan sedemikian penduduk yang hidup di zona
tertentu untuk menyesuaikan segala perubahan secepat mungkin. Perubahan ibarat
masalah dan butuh secepat mungkin mengambil keputusan. Bila tidak, terima
sendiri akibatnya.
Apakah bangsa yang
beriklim “nyaman” tak bisa maju dan berpikir lebih cepat bangsa beriklim tak
nyaman?
Itu proses
pembiasaan dan mau berubah, tak ada
masalahnya cuaca dan karakter sepenuhnya. Semua bisa diubah atau bawaan dari
lahir, ada yang pemarah tapi hidup di daerah dingin atau karakter adem ayem di
suasana nan panas.
Cuaca hanya
pengontrol sifat walaupun tak tunduk sepenuhnya. Begitu pulalah segala
kemungkinan terburuk yang cuaca berikan. Tak punya persiapan walaupun berada di
kondisi iklim ekstrem atau malah punya segenap persiapan walaupun di daerah
terjamin sepanjang tahun.
Walaupun begitu,
cuaca dan bangsa ibarat sebuah paradoks pengikat. Mau tak mau harus seperti ini
dan seperti itu. Karena mengenal suatu individu manusia berbeda negeri, tak
butuh ikatan cuaca, ia butuhkan sebuah ikatan emosional.
Ikatan yang
membaurkan si panas dan si dingin menjadi sebuah ikatan hangat. Karena itulah
mengapa cuaca pemberi stereotip suatu bangsa bisa sedikit luntur. Semua itu
kembali ke jiwa masing-masing yang terlalu atau sulit berdamai dengan alam.
Tags:
Pemikiran
2 comments
Well said mas. Cuaca sangat berpengaruh dalam menentukan mood seseorang 😁 seperti saya, saat cuaca mau hujan atau saat hujan. Mood sangat baik, produktivitas kerja pun meningkat. Karena dasarnya memang suka hujan 😂
ReplyDeletetepat sekali, apalagi ditemani oleh mie seduh dan dilanjutkan dengan secangkir kopi hangat
Delete