Taman yang luas
itu terhampar begitu luas aneka bunga matahari, memberi warna berbeda
dibandingkan lahan sebelahnya yang ditumbuhi oleh pohon tinggi nan menjulang.
Bunga matahari itu membuat mata menjadi takjub, ada yang mekar hingga begitu
setia dengan matahari. Ada pula sebaliknya, ia masih berupa kuncup muda. Masih
perlu waktu ia untuk mekar seperti pendahulunya.
Hari mulai senja
dan jam pulang kerja pun tiba, semua manusia yang bekerja hendak pulang ke rumahnya.
Menghidupkan kendaraan-kendaraan mereka, menunggu kendaraan umum dan menumpang
naik hingga ke tujuan.
Menikmati itu tak harus pergi jauh-jauh, cukup menikmati segala sesuatu yang sering kita nikmat. Sebuah kalimat penghibur diri dan lara saat melihat karib kerabat jalan-jalan ke mana saja, sungguh begitu enteng.
Apalagi gempuran
sosial media membuat siapa saja bisa memamerkan lokasi liburannya ke negeri nan
jauh. Bikin iri hati bukan main, dada ini terasa tertusuk-tusuk melihat foto
jalan-jalan teman dekat yang berseliweran di sosial media.
Filosofi pohon,
semakin rindang dan banyak buahnya makin banyak manusia yang memanfaatkannya.
Terik panas yang membakar di siang hari terasa tak sampai menembus dedaunan dan
batang kayu sang pohon. Cahaya matahari tak bisa memperlihatkan
kedigdayaannya terhalang dedaunan yang saling menutup satu sama lain.
Udara segar hasil
hembusan angin dari batang pohon tak kalah membuat sejuk dan syahdu. Buat siapa
saja ingin berlama-lama di bawah sang pohon, melepas penat dan menyempatkan
diri untuk istirahat. Udara segar itu pohon bagikan cuma-cuma ke alam setelah
mengubah karbon-karbon menjadi oksigen.
Awan-awan saling
berkumpul satu sama lain hasil buah tangan angin, membuat langit yang tadinya
cerah kebiruan menjadi putih keabu-abuan. Membentuk sebuah kesatuan hingga nan
pekat, hingga awan tak kuasa lagi menahan kumpulan tetes hujan yang mereka
angkut menjadi tetes-tetes hujan.
Dari lautkah, dari
danaukah dari sungaikah dan dari semua
tumpukan air di seluruh cekungan di muka bumi yang menguap ke ke udara. Saat
itulah rintik hujan pun turun membasahi bumi yang sudah dahaga nan kering
kerontang. Tanah kering yang menggembul terkena percikan hujan berganti tanah
basah yang menutup pori-pori tanah yang telah merekah akibat panas.
Mengenal Penulis
Top of The Top
-
Filosofi pohon, semakin rindang dan banyak buahnya makin banyak manusia yang memanfaatkannya. Terik panas yang membakar di siang hari ...
-
Hari mulai senja dan jam pulang kerja pun tiba, semua manusia yang bekerja hendak pulang ke rumahnya. Menghidupkan kendaraan-kendaraan...
-
Gunung terlihat menjulang tinggi, seperti ingin sekali menusuk-nusuk langit. Rupanya yang menjulang terlihat begitu gagah dari kejauhan. Sem...
-
Burung mulai bersiap-siap mengepakkan sayapnya untuk pulang ke rumah, langit mulai terlihat redup bercampur warna kekuningan. Matahari mulai...
-
Gelombang laut adalah benda laut yang sangat setia, tak pernah berpaling dari bibir pantai. Pernahkah dari kalian melihat gelombang laut sam...