Pelatih Sepak Bola part (1)
Seorang pria
berdiri di pinggir lapangan dengan pandangan nanar, menatap timnya yang terus
digempur habis-habisan oleh lawan. Derita semakin bertambah saat pemainnya
harus diganjar kartu kuning kedua, bermain 10 pemain di depan pendukung lawan
terasa begitu berat.
Namun pria itu
terus berpikir tenang di tengah guyuran keringat yang membasahi keningnya. Ia harus
mencari jalan keluar terbaik agar timnya mampu bertahan di sisa menit. Akhirnya
ia mengganti pemain menyerang dengan pemain bertipikal bertahan, menutupi
lubang yang tertinggal.
Ia
berharap-harap cemas dengan pemain yang diganti mampu menularkan semangat tiada
henti. Terus meredam serangan lawan hingga peluit panjang ditiupkan, andai
hasilnya negatif mungkin saja ia harus tutup buku. Target yang dicanangkan
federasi seakan tidak sesuai harapan.
Hingga akhirnya
tim yang ia latih berhasil mengalahkan tim tuan rumah berkat permainan bertahan
dan sesekali melakukan serangan balik mematikan. Dialah seorang pelatih sepak
bola dari negeri jauh, mengambil pekerjaan yang berat baginya.
Perbedaan
bahasa, kultur, dan watak seakan jadi masalah utama yang harus ia benahi saat
melatih. Mencari pemain terbaik di seluruh negeri bahkan ke pelosok hanya untuk
mengetahui ia bisa menendang, mengumpan, dan punya visi misi nan baik.
Hingga akhirnya
terkumpul panji-panji pembela bangsa dari lapangan hijau, bertarung tanpa lelah
hingga meraih tujuan dan apresiasi besar pada bangsa. Semua itu dibebankan pada
seorang pelatih kenamaan dari negeri nan jauh.
Ia pun harus
bekerja keras setiap saat hingga pemain yang ia harapkan ada, namun ia sadar
dan tak mau jumawa. Apa yang dicari sangat sulit, kompetisi usia dini yang tak
ada membuat pemain yang diharapkan kadung terbatas. Berbeda jauh dengan
negerinya yang dipenuhi talenta luar biasa bahkan di gang-gang sempit.
Ia tahu ini
sebuah tantangan besar, mengasah bakat-bakat muda tersebut menjadi pejuang
bangsa di kancah internasional. Sang pelatih mulai menularkan ilmu-ilmu yang ia
miliki dibantu dengan beberapa staf ahlinya. Mulai dari ahli kebugaran, pelatih
kiper, asisten pelatih, dan penerjemah.
Pemusatan latihan
dilakukan hingga membuat pemainnya kenal satu sama lain, membangun chemistry
tidak hanya di lapangan namun di luar lapangan. Kini pelatih mulai bisa
memberikan arahan yang ia mau dan ia sadar target tinggi harus dicapai dalam
waktu singkat. Terdengar konyol namun itulah tantangan yang harus dihadapi.
Kini tahap
lanjutan yang uji coba dengan sejumlah tim, mulai dari klub lokal hingga negara
lain. Menguji seberapa matangkah tim yang telah ia persiapkan beberapa bulan
terakhir, apakah sesuai keinginan atau butuh mencari pemain baru lagi.
Hasilnya cukup
menggembirakan, tim yang ia bentuk mulai berbicara banyak dan ekspektasi yang
dicanangkan terdengar masuk akal. Hingga akhirnya turnamen sebenarnya tiba,
menguras pikiran dan fokus sang pelatih.
Mulai dari
menganalisa setiap lawan, formasi yang tepat, hingga pemain yang dapat mengisi starting
line up. Andai saja salah, timnya mungkin harus mati kutu oleh tim lawan
dan semua dibebankan kepada pelatih selaku pemangku mandat tertinggi.
Dalam pikiran
sang pelatih, kini ialah telah melewati tahap yang cukup panjang hingga melangkah
ke final. Mempermalukan tuan rumah dan membuat duka di tengah puluhan penonton
yang hadir.
Walaupun timnya
datang keadaan pincang dan tertekan habis-habisan, ia berhasil melakukan
perubahan jitu. Janjinya untuk memberikan medali terealisasi dari segala
ketidakmungkinan menjadi sebuah keyakinan.
Kini pemain
hasil polesannya bahagia tak karuan, mengharumkan bangsa walaupun dulunya hanya
pemain tarkam di lapangan kampungnya. Hingga kini ia terpilih dan membawa
negerinya ke panggung dunia. Semua itu berkat pelatih bertangan dingin dari
negeri nan jauh, membalikkan segalanya.
Semua angkat topi atas hasil yang didapatkan, karena itulah dia,
sang pelatih dengan begitu banyak taktik yang memenuhi kepalanya.
Tags:
Fiksi
0 comments