Pesona Bunga Matahari


Taman yang luas itu terhampar begitu luas aneka bunga matahari, memberi warna berbeda dibandingkan lahan sebelahnya yang ditumbuhi oleh pohon tinggi nan menjulang. Bunga matahari itu membuat mata menjadi takjub, ada yang mekar hingga begitu setia dengan matahari. Ada pula sebaliknya, ia masih berupa kuncup muda. Masih perlu waktu ia untuk mekar seperti pendahulunya.
Kali ini aku ingin menceritakan secercah harapan dari si bunga matahari. Ia begitu malu-malu kepada yang bukan ia kenali, namun begitu antusias kepada sang pemberi cahaya yakni matahari. Bentuknya begitu khas layaknya matahari, lebar kepala dengan lingkaran bulat dikelilingi helai demi helai lembar bunga kuning nan menyala.

Penamaan itu pun jelas dari bentukku yang menyerupai matahari dan itu semakin dipertegas dengan diriku adalah pengikut cahaya matahari ke manapun itu. Frekuensi cahaya yang matahari berikan seperti asupan hidup yang terlalu sia-sia sepanjang mekarnya hidupku.

Keindahan bunga matahari membuat begitu banyak makhluk hidup yang ingin singgah kepadanya. Itu diawali oleh sekumpulan lebah pencari madu, si lebah tahu bahwa serbuk sari bunga matahari jadi daftar menu wajib untuk membuat madu. Sekian banyak resep itu rela lebah padukan untuk rasa madu yang tak main-main.

Menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer hanya mencari pesona dari si bunga matahari, tapi jangan salah di situ si lebah bisa sedikit melepas lelah. Bentuk bunga matahari yang menyerupai sederetan payung membuat lebah tak terlalu merasakan panasnya matahari.
Baca juga: Sang Lampu Lalu Lintas
Selain lebah, ada begitu banyak makhluk lainnya, dia adalah belalang. Kumpulan belalang begitu tumbuh subur di dedaunan bunga matahari. Ia merasakan bahwa sekumpulan tumbuhan bunga matahari adalah surga terbaik.

Renyahnya dedaunan dan begitu teduhnya membuat para belalang rela hidup berlama-lama di sana. Populasi belalang yang begitu banyak seakan merenggut keindahan si bunga matahari. Keadaannya seakan malah menjadi parasit bagi si bunga matahari dan petani pemilik lahan. Si belalang hari siap-siap hijrah sebelum ia diberantas si petani yang bergantung hidup dari ladang bunga mataharinya.

Terakhir yang begitu terkesima akan keindahan si bunga matahari ialah manusia, seakan-akan manusia begitu memikat saat ia mekar. Manusia menjadikan taman bunga matahari sebagai lokasi memanjakan mata dan foto terbaik. Begitu banyak sudut-sudut pandang yang bisa dijadikan mengabadikan setiap moment itu.

Berjalan di taman bunga matahari sambil merenggangkan tangan untuk bisa menyentuh satu persatu bunga matahari, menciumnya dengan manja ataukah tidur di tengah taman bunga matahari. Itu sepertinya sebuah pose wajib, bila di upload ke jejaring sosial media membuat banyak teman berdecak kagum bercampur rasa iri.

Selain itu bunga matahari tak hanya elok saat dipandang, ia punya bermacam khasiat dan nilai jual yang begitu tinggi. Terdapat begitu banyak biji-bijian di dalam susunan satu bunga saja, begitu kompleks dan tersusun rapi.

Kita mengenal secara familiar kuaci dari biji matahari, rasanya renyah, ingin makan lagi dan lagi. Tak cukup sampai di situ, Iya juga mampu meredakan begitu banyak penyakit yang menderakan manusia, elok bentuk elok pula khasiatnya.

Bunga matahari jadi bunga hias yang punya prilaku aneh, bagi para pecinta bunga matahari sudah paham betul. Keanehan perilakunya bentuk kesetiaannya dengan adanya matahari di belakang namanya.

Karena manusia berkepribadian seperti bunga matahari begitu malu-malu namun saat ia menemukan arah jalan yang benar. Ia selalu mengikuti dirimu ke mana saja, setia hingga akhir hayat. Dan itulah aku, si bunga matahari penghias hatimu.

Share:

0 comments