Makhluk Nokturnal
Malam pun mulai
larut, langit yang tadinya dipenuhi oleh gugus bintang seakan hilang satu
persatu. Menyisakan langit kosong dan gelap. Suara lolongan anjing membahana memecahkan
kesunyian malam. Dan semakin lengkap saat suara kendaraan di jalan lenyap satu
persatu. Kini suara jangkrik jauh saja terdengar, menandakan tengah malam telah
tiba.
Hewan malam yang
tadi siangnya begitu malu-malu dan lemah saat siang hari. Mereka kini begitu
segar bugar. Bertebaran ke seluruh muka bumi untuk mencari makan. Namun ada
sesuatu yang janggal, melawan kodrat arah hidup yang ditetapkan. Tak ada
batasan antara siang dan malam, makhluk itu bernama manusia.
Manusia ditetapkan
sebagai makhluk diurnal, namun ada pula manusia-manusia penentang kodrat
yang saat malam seperti layaknya makhluk nokturnal. Melakukan aktivitas di kala
malam hari dan tidur pulas di siang hari. Melawan dinginnya angin malam dan
berselimut di terik siang hari.
Baca juga: Filosofi Tukang Parkir
Pola hidup yang
berubah seakan sudah ia rasakan sendiri, namun itulah pilihan hidup yang buat
dirinya lebih nyaman walaupun melawan kodrat. Manusia seperti ini seakan
berbeda iya ingin menikmati malam yang penuh gemerlap, saat siang hari tak ada
kerlap-kerlip. Siang yang begitu sibuk dengan rutinitas dan malam adalah sebuah
pelampiasan menikmati segala gemerlap itu.
Namun tak hanya
itu ada pula saat malam, si makhluk nokturnal berpikir sangat keras dibalik
dengkuran keras setiap bilik rumah di sekitarnya. Ia merasa malam adalah waktu
yang tepat, saat suasana begitu penuh dengan keheningan. Tak ada yang
mengganggu, ia bisa fokus apa yang ia pikirkan sebelum pagi tiba.
Aliran ide seakan
sulit terbendung, malam dini hari seakan pikiran susah dimatikan dan dihentikan.
Mata yang harusnya terpenjamkan, malah otak berpikir keras. Si otak seakan
terlambat panas dan baru menunjukkan aksinya di malam hari, sedang di siang
hari ia seperti tertidur pulas.
Manusia nokturnal
seakan begitu dianggap sebagai stigma negatif karena kebiasaannya, sangat malas
dan tidak disiplin. Malah dianggap mereka adalah pekerja malam. Sebaiknya
jangan salah, mereka yang merupakan minoritas punya dampak besar dalam
menghasilkan karya, dan berdampak luas.
Saat ia tak bisa
tidur karena insomnia, ia memanfaatkan waktu tersebut untuk menghasilkan karya
atau menyiapkan yang masih tertunda di siang hari. Karena itulah manusia
nokturnal punya keunikan tersendiri dalam pola pikir. Waktu aktif mereka yang
berbeda bukan berarti mengurangi produktivitas. Itu semua masalah pola.
Walaupun bertentang kodrat, namun ia mampu memberikan
pengaruh besar dari prinsipnya kepada semua orang. Itulah mereka, manusia
berwujud makhluk nokturnal.
Tags:
Fiksi
0 comments