Tak
ada yang menyangka itu adalah selasa kelam di kota metropolitan dunia, New York.
Langit begitu cerah dan aku siap dengan pekerjaan baruku di sebuah restoran
ternama. Bagaimana bangganya diriku bisa bekerja di sebuah restoran tertinggi
di kotaku. Orang tuaku di negara bagian pasti tersenyum bangga dengan
pekerjaanku saat ini.
Tidak ada yang
tahu masa depan bergulir, ia bergerak begitu cepat ke sana dan kemari. Manusia
tidak bisa menebak jalan hidupnya atau bahkan orang lain. Dari yang bukan
siapa-siapa jadi luar biasa atau yang luar biasa jadi yang terlupakan. Semua
itu bisa saja datang dengan tiba-tiba atau kerja keras tanpa jeda. Begitulah
jalan hidup manusia.
Semua itu
berawal dari seorang pria kurus dengan mimpi
yang memenuhi badannya. Ia punya mimpi besar yang mungkin hanya utopia.
Semua rasa bisa ia buktikan bahwa ia bukan seorang pemimpi besar di bawah kasur
tipis miliknya.
Dunia musik
mungkin adalah pelarian bahagianya di tengah masa remajanya yang suram. Itulah
cara menghibur dirinya dan tak ada yang percaya dengan kemampuan yang ia
miliki. Membuat lantunan musik mungkin adalah secercah cahaya surga dan cara
itu yang ia bisa perbuat.
Mungkin
beberapa botol wisky jadi sebuah pelarian saat ia pusing setengah mati,
kemudian tenang sejenak. Seakan ia hanya cap seorang pria kurus pemabuk yang bermimpi
jadi musisi dunia. Bangun dari tidur semumu, bangkit dan buatlah perubahan.
Seakan kata itu menyentak pikirannya.
Kini ia sadar,
mabuk-mabukan bak penyakit yang tak ada obat. Bangkit dari keterpurukan dan
buangan muka orang lain. Yang dulu menganggapmu hanya sebagai sampah menjadi
seorang pahlawan pengubah arah.
Aplikasi musik
FL studio jadi pelampiasannya, sejumlah karya yang ia buat coba ditawarkan. Ia
mencoba menjajalnya di berbagai aplikasi gratisan. Nyatanya tak ada yang melirik,
musiknya terlalu antimainstream yang sulit diterima. Ia seakan patah arang,
penolakan bak bumbu wajib yang menyayat hati.
Hingga akhirnya
seorang produser musik stres rela menampung diri, mengajari diriku sedemikian
rupa hingga aku bisa mengembangkan bakatku. Ia tidak melihat diriku sebagai
lelaki yang suka teler tapi sebagai DJ berbakat.
Aku pun secara
langsung terasah, seakan diriku bukan berjodoh dengan wisky tapi dengan musik.
Seakan kepalaku yang buntu mendadak cemerlang, ide mengalir begitu banyak
hingga menghasilkan nada musik menjual.
Aku pun naik
kelas, dari hasil seorang remixer menjadi seorang produser. Para label seakan
kebanjiran mengajak kerja sama. Seakan jalan hidupku berubah, dari yang tak
diperhatikan menjadi pusat perhatian.
Konser demi
konser mendadak datang setiap minggunya, tak pernah berhenti. Seakan semua
mengapresiasikan bakat besarku. Aku bukan seorang amatiran lagi tapi seorang
ahli yang punya segudang kemampuan.
Musikku yang
antimainstream seakan jadi trendsetter yang mengglobal. Media mulai meliput
diriku. Seakan aku kini kebanggaan bukan cemoohan lagi, semua yang menghindari
diriku seakan datang. Apakah sebagai teman atau penjilat... tidak saat aku
hanya tidur dengan botol-botol wisky.
Memang tak bisa
ditebak, menjadi superstar mengubah hidupku... jalan hidup itu terasa begitu
cepat dan sulit dikendalikan. Namun kini mendadak jadi sebuah keharusan... aku
tak tahu masa depan mengubah segala.
Mungkin dahulu aku mengutuki diri sebagai manusia malang tapi kini
malah jadi yang paling matang. Senyum merekah dan bahkan kini aku dikenal,
karena itulah jalan hidupku.
Segenap barang dan postingan sang fans memenuhi dinding dan hiasan
di kamar. Alunan musik si idola terdengar syahdu merdu. Melantun indah dari kamar
dengan tambahan sound yang menggelegar.
Si pemilik
kamar sedang bersiap, ia seakan terbawa suara nyanyian itu meskipun masih di
kamar mandi. Pikirnya saat itu senang karena sebentar lagi ia ingin pergi
menonton sang idola. Seakan gaya sang idola serupa sama dengan dirinya.
Hidup statis
khas kampung seakan membuat diriku tak nyaman. Ada gejolak batin yang membuat
aku harus mengambil sebuah keputusan besar di dalam hidup. Mencari kehidupan
yang lebih menantang dan bahkan layak.
Kemilau ibukota
seakan menyilaukan mata, kehidupannya, penghasilannya hingga kejutan lain yang
tak pernah aku rasakan. Aku pun mulai jengah hidup di kampung, sebuah tiket
kapal laut sudah kupilih. Ia lebih murah dibandingkan kapal terbang dari
kampungku.
Di darahnya
mengalir deras jiwa musik, sialnya ia bak bukan seperti pepatah buah jatuh
tidak dari pohonnya. Ia belajar otodidak, si bocah mengenal berbagai
suara-suara musik di sekitarnya. Ia terlarut dalam lamunan panjangnya, ingin
merangkai suara-suara di pikirannya jadi nada runtun.
Mungkin ia
bocah lelaki yang beruntung, segala akses musik dibelikan oleh sang orang tuanya.
Seakan ia bisa belajar tanpa halangan, menyalurkan kemampuannya dengan alunan
musik. Mungkin ia terlalu pendiam dibandingkan dengan saudara lainnya.
Ia pun kadang
larut dengan peralatan musiknya, ajakan bermain di luar rumah oleh teman
sejawatnya ia tampik. Akhirnya teman-temannya menyerah membujuknya bermain di
luar rumah. Semua itu beranjak hingga ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
Di sekolah pun
ia bukanlah orang yang populer di sekolahnya, hanya seorang lelaki kurus yang
kurang pergaulan. Namun ia punya mimpi besar jadi produser musik dan komputer
adalah teman dekatnya.
Ketertarikan
itu berlanjut ketika mengenal internet. Dunia yang lebih luas dari kamar
sempitnya. Seorang introvent mungkin merasakan dunia baru dan teman baru. Sang itulah
kemampuannya diketahui oleh banyak orang.
Sebuah musik
remix yang ia kirimkan nyatanya mengubah hidupnya. Mungkin ia hanya menerima
telepon dari beberapa teman dekat rumahnya untuk nongkrong. Tapi seorang bos
label ternama yang menelepon dan agensi datang ke rumah.
Jelas saja
orang tuanya terkejut, anaknya yang bungsu bisa membuat para label takjub. Kini
ia pun bukan lagi membuat lagu di kamarnya tapi di sebuah studio berukuran
besar. Potongan nada musiknya terdengar unik dan bernilai mahal.
Si produser
memang berjudi, memilih seorang bocah hijau yang tidak pernah sekolah musik
namun belajar otodidak. Tapi ia percaya pada mata si bocah tersebut, ia akan
sukses di industri musik dan menjadi next superstar.
Genre musik itu
saat itu begitu payah, terdengar sangat mengganggu, identik dengan narkoba
hingga kadang kumpulan manusia paling stres di muka bumi. Si bocah dengan genre
barunya seakan memberikan warna baru.
Benar saja,
single pertamanya diluncurkan ke channel stream dan video. Dunia musik seakan
terguncang dengan nama baru ini. Warna musiknya begitu berbeda dan mampu
menarik minat banyak orang. Semua orang membicarakan si anak muda itu, semua
kamera tertuju dengannya.
Benar saja,
ketenaran datang begitu singkat. Dulunya hanya duduk di depan komputer dan
menatap teman-temannya bermain di luar rumah dari kaca jendela kamarnya. Kini
semua berubah, permainannya bukan hanya jalanan kota tempat ia tinggal, tapi mancanegara.
Ia bisa saja malam ini di Las Vegas dan besok pagi bangun sudah ada di Ibiza atau
petangnya sudah ada di Belgia.
Kini ia berubah
wujud bukan lagi seorang anak muda ingusan di dunia musik. Ia adalah superstar.
Wajahnya terpampang jelas di pinggiran baliho raksasa di setiap tur keliling dunianya.
Kini ia adalah DJ produser kenamaan, single pertama tempo hari mengubah
hidupnya.
Alunan musik
yang ada di kepalanya kini mampu dinikmati oleh banyak orang, bukan hanya ilusi
di pikirannya saja. Di atas mainstage ia bak seorang pengkhotbah, berdiri sambi asyik
memutar turntable, mengatur susunan lagu, meloop, scratching, mendelay, dan
mereverbation. Penonton hanyut haru dalam setiap tracklist yang ia bawakan.
Penampilan demi
penampilan seakan membuat ia terkenal secara global. Si DJ produser seakan mendobrak
genre lain yang kuno dan monoton. Memberi angin segar supaya EDM lebih mengglobal,
bukan hanya di klub semata. Namun dinikmati semua kalangan.
Ketenaran yang ia dapat seakan membuat wajah selalu menghiasi
majalah musik dan ditunggu-tunggu oleh banyak fans. Label superstar seakan buat
ia tak nyaman. Waktu me time sulitnya minta ampun. Jet lag, show melelahkan
hingga privasi yang terganggu buat ia meradang.
Ternyata menjadi superstar tak ada enaknya, ucapnya
Aku ingin jadi
seorang lelaki rumahan kembali. Jauh dari hingar-bingar keramaian. Cita-cita
menjadi musisi seakan membuatnya mendapatkan segala impian di masa kecil. Namun
ia lelah dan menyerah. Pensiun adalah waktu yang paling tepat ia lakukan,
melepaskan label superstar yang melekat.
Hidup normal seperti manusia biasa, bukan dengan penuh kegerlapan
fana. Terima kasih musik yang buat hidupku berubah, tapi aku rindu hidup yang
sunyi dan senyap seperti dulu. Bukan jadi superstar.
Mengenal Penulis
Top of The Top
-
Filosofi pohon, semakin rindang dan banyak buahnya makin banyak manusia yang memanfaatkannya. Terik panas yang membakar di siang hari ...
-
Hari mulai senja dan jam pulang kerja pun tiba, semua manusia yang bekerja hendak pulang ke rumahnya. Menghidupkan kendaraan-kendaraan...
-
Gunung terlihat menjulang tinggi, seperti ingin sekali menusuk-nusuk langit. Rupanya yang menjulang terlihat begitu gagah dari kejauhan. Sem...
-
Gelombang laut adalah benda laut yang sangat setia, tak pernah berpaling dari bibir pantai. Pernahkah dari kalian melihat gelombang laut sam...
-
Burung mulai bersiap-siap mengepakkan sayapnya untuk pulang ke rumah, langit mulai terlihat redup bercampur warna kekuningan. Matahari mulai...