Harfiah Waktu


Banyak yang menganggap waktu adalah emas, tapi begitu banyak yang membuang waktunya secara percuma. Manusia sangat tahu bahwa waktu berharga sehingga manusia menciptakan alat yang mampu menghitung waktu bergerak dari masa ke masa. Jam itulah namaku.

Ada yang menganggap butuh hitungan tahun, bulan, hari, jam, hingga detik. Semua terbaca oleh aku. Ia aku kata Jam. Sangking berharganya waktu banyak manusia yang menganggap waktu lebih dari apapun.

Siapa di sini yang harus mengelus dada yang terasa begitu perih saat tahu file data yang ia kirim telat masuk dalam hitungan menit. Kerja kerasnya sia-sia, dia melanggar waktu yang ditetapkan. Tak ada rasa toleran bagi pelanggar waktu.

Pembalap memacu tunggangannya sangat kencang, tapi ia harus kalah dalam hitungan seper-sekian detik. Ia gagal mendapatkan catatan waktu terbaik untuk bisa berada di posisi terdepan. Hanya seper-sekian detik, ia harus duduk manis memulai start di belakang.

Klub sepak bola ternama harus gigit jari akibat hasil yang kurang memuaskan akibat dikalahkan oleh tim lawan yang lebih lemah. Mereka tertinggal terlebih dahulu dan menganggap kelak mampu mencetak gol jelang akhir pertandingan terlebih begitu banyak menyia-nyiakan waktu dan peluang. Hasilnya klub gagal menang dan harus kehilangan poin.

Saat banyak manusia yang menghabiskan waktu dengan sia-sia, banyak manusia lain yang berpacu dengan waktu. Karena itu banyak manusia yang kekurangan waktu mengeluh, mengapa waktu santai mereka yang buang-buang waktu tidak dihibahkan ke kami?

Sudah jadi kodratnya manusia merasakan sangat senang saat waktu luangnya tapi lupa di masa mendatang waktu sempitnya sangat menyita pikiran dan tenaga. Sangat sering kita melihat saat sekumpulan mahasiswa yang diberikan waktu tenggat membuat tugas oleh dosennya.

Minggu depan tugas dikumpul!!! 

Apa pak, kami tidak siapa pak!!! 

Masih ada tugas lain yang menggunung 

Baiklah, bulan depan dikumpul!! 

Hore!!! (dalam hati kecil mahasiswa)

Selisih waktu tugas yang begitu lama membuat daya stres berkurang serta membuat manusia melalaikan waktu yang terbuang percuma. Tetap saja selalu ada istilah, “kejar tayang” jelang tenggat waktu.

Kebiasaan manusia menyia-nyiakan segala waktu luang namun saat jelang tenggat waktu tetap jadi sesuatu yang manusia jalankan. Begitulah harfiah waktu, membuangnya kini tapi menyia-nyiakan di kemudian hari. Hasil tugas yang andai diberikan seminggu dengan sebulan tak jauh berbeda. Karena waktu tak dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Apakah kita termasuk manusia yang terlalu membuang-buang waktu ataukah manusia yang menyadari waktu dan kesempatan saling berikatan satu sama lain. Ikatan itulah yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Mengeluh tak cukup waktu adalah alasan menjemukan yang buat manusia tak mensyukuri apa yang pernah miliki sebelumnya.

Pola struktural masyarakat jadi cerminan efisiensi waktu. Masyarakat perkotaan setiap waktu yang terbuang melebihi uang yang hilang. Uang bisa dicari lain kali, waktu tidak. Masyarakat pedesaan sedikit banyak membuang waktu dengan bekerja lebih lambat apalagi persaingan waktu tak seketat masyarakat metronom.

Kita yang masih memiliki waktu hidup harusnya sadar bahwa tak ada yang tau hari esok bisa melakukan apa yang ingin kita lakukan. Karena yang membuat waktu terbuang adalah kata-kata penghalang bernama “Nanti”. Lawanlah dengan kata-kata sakti “Iya Sekarang”

Harfiah waktu setiap manusia berbeda, karena anggapan setiap manusia berbeda itulah melaksanakan sebelum waktu tenggat adalah cara terbaik mengurangi beban-beban pikiran. Lebih baik berpayah-payah dahulu sebelum payah dan susah di kemudian hari. Implikasi susah dan payah menghasilkan hasil tak sesuai ekspektasi.

Semoga tulisan ini menginspirasi!!

 

Share:

0 comments