Aku adalah
seorang gadis yang mencoba menutup diri dari hingar-bingar sosial media dan semua kegaduhan dunia. Dahulu
aku sangat sulit lepas dari itu semua, meracuni dan kadang menyita hampir
separuh hidupku.
Berkat sosial
media diriku begitu tenar dan siapa tak kenal diriku. Jumlah followerku kadang
buat siapa saja iri. Memamerkan kemesraan dan segala keluh kesah adalah diri
dahulu.
Kejar-kejaran
punya teman maya sebanyak-banyaknya, eksis sana dan sini. Itu semua bak
pencapaian menakjubkan.
Kini aku
bukanlah remaja lain, beranjak jadi wanita dewasa. Terbukti dengan titel
sarjana jurusan kenamaan yang melekat di belakang namaku. Mungkin ini caraku
melawan jenuhnya dunia maya.
Pengalaman
cintaku yang pedih dan pernah disakiti menjadi pelajaran di masa depan. Banyak
lelaki yang memanfaatkan keelokan wajah dan kepintaranku sebagai taruhan
menaklukkan hatiku.
Baca juga: Wanita dan Kode Rahasianya
Kini aku sadar,
menutup diri dari hiruk-pikuk itu semua buat jiwa ini tenteram. Tak ada lagi
chat nyeleneh, godaan serta rayuan penuh modus, dan curhat colongan.
Kini hanya sahabat terdekat dan keluarga tempatku menumpahkan segala keluh
kesah. Bukan orang yang aku kenal di chat tadi siang.
Manusia punya
titik jenuh, ia kadang menutupi kesedihan di dunia nyata dengan kesenangan semu
di dunia maya. Terlihat biasa saja di dunia maya bisa jadi hidup di dunia
nyatanya begitu bahagia.
Aku bukan sombong
karena tak merespons semua itu, tapi quality time dan kepercayaan yang
aku perlukan. Hidupku yang ramah dan terlalu welcome kepada siapa saja jadi
bumerang buat diriku.
Menjalani cara
hidup yang tertutup adalah cara terbaik dan bijak. Aku melakukan ini semua agar
cita-citaku tak padam. Mungkin semua akan terlihat sulit dari luar tapi aku
bahagia dari dalam.
Menjaga jarak
dan perasaan kepada siapa saja aku lakukan, cara ini aku pilih dengan berbagai
modus yang buat hidupku dari segala harapan tak pasti. Maafkan sifatku yang terkesan
acuh dan begitu sombong bagi kalian.
Menyaring mana
yang sebagian kurang penting dan sebahagian lagi amat penting. Itu wajar diriku
lakukan, pertimbangan dan sejumlah skala prioritas kini jadian acuan. Namun
bila kalian adalah kolega lama, aku pasti welcome dalam segala keadaan.
Sejumlah
perasaan tak enak dan salah menanggapi tak ingin membayangi semalaman suntuk. Menutup
diri sementara hingga keadaan benar-benar kondusif. Sampai hati ini kembali
siap menerima orang yang tepat.
Itu segenap alasanku menutup diri, lelaki idaman janganlah berkecil
hati. Kita mungkin bisa bersatu andai kau datang di waktu yang tepat dan
mengerti diriku ini memilih menutup diri untuk saat ini.