Tak
ada yang menyangka itu adalah selasa kelam di kota metropolitan dunia, New York.
Langit begitu cerah dan aku siap dengan pekerjaan baruku di sebuah restoran
ternama. Bagaimana bangganya diriku bisa bekerja di sebuah restoran tertinggi
di kotaku. Orang tuaku di negara bagian pasti tersenyum bangga dengan
pekerjaanku saat ini.
Hidup statis
khas kampung seakan membuat diriku tak nyaman. Ada gejolak batin yang membuat
aku harus mengambil sebuah keputusan besar di dalam hidup. Mencari kehidupan
yang lebih menantang dan bahkan layak.
Kemilau ibukota
seakan menyilaukan mata, kehidupannya, penghasilannya hingga kejutan lain yang
tak pernah aku rasakan. Aku pun mulai jengah hidup di kampung, sebuah tiket
kapal laut sudah kupilih. Ia lebih murah dibandingkan kapal terbang dari
kampungku.
Di darahnya
mengalir deras jiwa musik, sialnya ia bak bukan seperti pepatah buah jatuh
tidak dari pohonnya. Ia belajar otodidak, si bocah mengenal berbagai
suara-suara musik di sekitarnya. Ia terlarut dalam lamunan panjangnya, ingin
merangkai suara-suara di pikirannya jadi nada runtun.
Mungkin ia
bocah lelaki yang beruntung, segala akses musik dibelikan oleh sang orang tuanya.
Seakan ia bisa belajar tanpa halangan, menyalurkan kemampuannya dengan alunan
musik. Mungkin ia terlalu pendiam dibandingkan dengan saudara lainnya.
Ia pun kadang
larut dengan peralatan musiknya, ajakan bermain di luar rumah oleh teman
sejawatnya ia tampik. Akhirnya teman-temannya menyerah membujuknya bermain di
luar rumah. Semua itu beranjak hingga ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
Di sekolah pun
ia bukanlah orang yang populer di sekolahnya, hanya seorang lelaki kurus yang
kurang pergaulan. Namun ia punya mimpi besar jadi produser musik dan komputer
adalah teman dekatnya.
Ketertarikan
itu berlanjut ketika mengenal internet. Dunia yang lebih luas dari kamar
sempitnya. Seorang introvent mungkin merasakan dunia baru dan teman baru. Sang itulah
kemampuannya diketahui oleh banyak orang.
Sebuah musik
remix yang ia kirimkan nyatanya mengubah hidupnya. Mungkin ia hanya menerima
telepon dari beberapa teman dekat rumahnya untuk nongkrong. Tapi seorang bos
label ternama yang menelepon dan agensi datang ke rumah.
Jelas saja
orang tuanya terkejut, anaknya yang bungsu bisa membuat para label takjub. Kini
ia pun bukan lagi membuat lagu di kamarnya tapi di sebuah studio berukuran
besar. Potongan nada musiknya terdengar unik dan bernilai mahal.
Si produser
memang berjudi, memilih seorang bocah hijau yang tidak pernah sekolah musik
namun belajar otodidak. Tapi ia percaya pada mata si bocah tersebut, ia akan
sukses di industri musik dan menjadi next superstar.
Genre musik itu
saat itu begitu payah, terdengar sangat mengganggu, identik dengan narkoba
hingga kadang kumpulan manusia paling stres di muka bumi. Si bocah dengan genre
barunya seakan memberikan warna baru.
Benar saja,
single pertamanya diluncurkan ke channel stream dan video. Dunia musik seakan
terguncang dengan nama baru ini. Warna musiknya begitu berbeda dan mampu
menarik minat banyak orang. Semua orang membicarakan si anak muda itu, semua
kamera tertuju dengannya.
Benar saja,
ketenaran datang begitu singkat. Dulunya hanya duduk di depan komputer dan
menatap teman-temannya bermain di luar rumah dari kaca jendela kamarnya. Kini
semua berubah, permainannya bukan hanya jalanan kota tempat ia tinggal, tapi mancanegara.
Ia bisa saja malam ini di Las Vegas dan besok pagi bangun sudah ada di Ibiza atau
petangnya sudah ada di Belgia.
Kini ia berubah
wujud bukan lagi seorang anak muda ingusan di dunia musik. Ia adalah superstar.
Wajahnya terpampang jelas di pinggiran baliho raksasa di setiap tur keliling dunianya.
Kini ia adalah DJ produser kenamaan, single pertama tempo hari mengubah
hidupnya.
Alunan musik
yang ada di kepalanya kini mampu dinikmati oleh banyak orang, bukan hanya ilusi
di pikirannya saja. Di atas mainstage ia bak seorang pengkhotbah, berdiri sambi asyik
memutar turntable, mengatur susunan lagu, meloop, scratching, mendelay, dan
mereverbation. Penonton hanyut haru dalam setiap tracklist yang ia bawakan.
Penampilan demi
penampilan seakan membuat ia terkenal secara global. Si DJ produser seakan mendobrak
genre lain yang kuno dan monoton. Memberi angin segar supaya EDM lebih mengglobal,
bukan hanya di klub semata. Namun dinikmati semua kalangan.
Ketenaran yang ia dapat seakan membuat wajah selalu menghiasi
majalah musik dan ditunggu-tunggu oleh banyak fans. Label superstar seakan buat
ia tak nyaman. Waktu me time sulitnya minta ampun. Jet lag, show melelahkan
hingga privasi yang terganggu buat ia meradang.
Ternyata menjadi superstar tak ada enaknya, ucapnya
Aku ingin jadi
seorang lelaki rumahan kembali. Jauh dari hingar-bingar keramaian. Cita-cita
menjadi musisi seakan membuatnya mendapatkan segala impian di masa kecil. Namun
ia lelah dan menyerah. Pensiun adalah waktu yang paling tepat ia lakukan,
melepaskan label superstar yang melekat.
Hidup normal seperti manusia biasa, bukan dengan penuh kegerlapan
fana. Terima kasih musik yang buat hidupku berubah, tapi aku rindu hidup yang
sunyi dan senyap seperti dulu. Bukan jadi superstar.
Seseorang
mengerang kesakitan di pinggir lapangan ia mendapatkan terjangan keras dari
lawan. Terkapar tak berdaya, tak mampu melanjutkan pertandingan. Ia memegang
erat bagian kakinya. Seakan ada yang
salah, tulangnya mungkin saja patah atau bisa saja ototnya sobek. Ia menangis
tersendu-sendu karena timnya sangat membutuhkan dirinya. Tapi apa daya, sakit
itu tak tertahankan.
Suara desiran
jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri
pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak menyangka dirinya bisa sejauh ini, ia
membayangkan dahulunya ia hanya bermain gokart diajak oleh ayahnya. Kini ia
bisa berada di dalam kokpit si jet darat. Semua seperti mimpi...
Semua ia rintis
sejak dini, saat kecil ia tak pernah bisa mengelak saat melihat mobil-mobilan. Baju
balap, tas model balap, main balap, dan mobil balap mini. Seakan ia ditakdirkan
menjadi pembalap besar di masa depan.
Ia jatuh cinta
kepada dunia balap tanpa sebab yang sulit dijelaskan, seakan itulah jalan
hidupnya. Si bocah itu terus berlatih dan berlatih, saat teman seusianya larut
dengan bermain. Ia sibuk di sirkuit yang begitu panas saat terus dan begitu
menusuk tulang saat dingin.
Perlengkapan
seperti helm, baju balap sudah melekat di badan mungilnya. Setiap harinya ia
harus menghadapi gravitasi super kuat. Terpaan angin, tabrakan hingga kerusakan
mesin. Tapi cita-cita tetap bulat, menjadi seorang pembalap jet darat ternama:
Formula 1.
Beranjak
remaja, ia pun mendapatkan promosi dari promotor mengingat kemajuannya yang
menjanjikan. Kontrak profesional adalah bukti ia tidak main-main dan layak
bermain di serie balap musiman.
Itulah
pengalaman pertamanya terjun, namun ia sadar bahwa lawannya sudah beberapa
musim bermain di series tersebut. Ia jelas kalah jam terbang dan salah satu
caranya adalah di masa pramusim. Waktu itu ia manfaatkan dengan menempa
kemampuan fisik, kemampuan di simulator, dan pengembangan mobil.
Alhasil di
musim pertamanya ia jadi pembalap potensi dan berpeluang loncat kelas. Mimpinya
jadi pembalap Formula 1 seakan hampir tiba. GP 2 adalah seri di bawah Formula 1
yang punya segudang pembalap di muka planet.
Setiap musimnya
para pabrikan jempolan mencari pembalap paling potensial. Mulai dari hanya
sebagai test driver hingga pembalap cadangan. Andai saja pembalap utama tidak
bisa mengikuti lomba. Ia sadar ada banyak peluang besar ia naik kelas makin
cepat, salah satunya meraih poin sebanyak-banyaknya di akhir musim.
Musim itu
berjalan berat, ia butuh adaptasi karena GP 2 lumayan berat. Selain kondisi tim
yang tidak terlalu diunggulkan. Ia pun sering gagal finish, mungkin ia harus
mengurungkan mimpi ke Formula 1. Baru di GP 2 saja ia sudah kepayahan, itu
diperparah dengan rindu kampung halaman.
Ayahnya yang
selalu menonton sudah terbaring lemah, ia tidak semuda dahulu sedangkan sang
ibu sudah lama telah tiada. Motivasi membalapnya kembali bangkit saat ia ingat
wejangan ayahnya.
Seakan motivasi
tersebut ibarat sengatan untuk dirinya, ia pun kembali menyalakan semangatnya. Beberapa
seri yang sudah berlalu adalah proses pembelajaran. Di awal musim sering gagal
finish dan kini merangkak ke papan atas. Podium demi podium seakan membuat
lawannya takut dengan si anak baru itu. Hingga akhirnya ia finish di 5 besar...
Cukup membanggakan,
ia berhasil membuktikan dirinya. Para pengamat pun mulai memperhatikan si anak
muda tersebut. Ia layak berada di balik kokpit Formula 1. Desas-desus si
legenda balap yang akan pensiun seakan membuat banyak pabrikan melirik pembalap
baru.
Ia pun pasrah
harus membalap semusim lagi dan ia berharap akan lebih baik di musim depan.
Sambil merawat ayahnya yang tergulai sakit, hingga sebuah telepon berdering.
Suara yang ada di ujung telepon adalah bos mekanik ternama merek tim balap
kenamaan.
Ini semua
seperti mimpi, ia mendapatkan tawaran sebagai pembalap seleksi buat musim
depan. Kesempatan berharga ini tidak ia sia-siakan. Ia harus mengalahkan 2
pembalap lainnya yang cukup potensial.
Sesi latihan
bebas adalah bukti ia menunjukkan kebolehannya, ia berhasil menciptakan hasil
memuaskan. Anak muda ini berbakat dan ia layak berada di dalam kokpit mobil
jutaan dolar kita, ujar para mekanik saling memberikan kode.
Hingga akhirnya
hari pengumuman pada media tiba, pembalap baru yang akan mendamping si pembalap
utama adalah seorang anak muda. Mungkin itu mengejutkan, namun para direksi
melihat darah balap yang mengalir dari si anak muda itu. Ia akan jadi pembalap
besar di masa depan dan amanah berat di balik kokpit sudah sangat tepat.
Musim pun tiba,
bendera balap berkibar dan genderang musim segera dimulai. Setelah latihan
besar dan perhitungan waktu balap. Si anak muda pun mampu mencatatkan waktu
tercatat hingga ia berada di barisan depan. Benar saja, ini seperti mimpi..
melihat idolanya sedang bersiap-siap. Dahulunya hanya bisa terlihat dari kotak
ajaib bernama TV.
Kini hanya sang
ayah yang menonton dari kotak ajaib, melihat putranya yang ia antar dahulu.
Kini berada di balik kokpit jet darat. Lampu hijau seakan tinggal menunggu
waktu dan semua pembalap sedang mempersiapkan startnya. Dan akhirnya lampu
hijau menyala, desiran bising jet darat dan kepulan asap avtur bertebangan ke
mana-mana. Penonton pun bertepuk tangan...
Si anak muda tak menyangka, semua terasa nyata dan bukanlah mimpi. Dari
bocah yang bermain mobil-mobil dan kelak menjadi pria tangguh di balik kemudi
jet darat. Karena semua orang punya mimpi dan layak memperjuangkannya.
Aku ingin melakukan ini,
Aku ingin melakukan itu,
Semua itu bak
sesuatu hal wajib yang terjadi di awal tahun. Semua memenuhi pikiran, ingin
semua aku laksanakan semua.
Kadang dirinya
mencoba menuliskan impian itu, kadang itu masuk akan, abu-abu atau bahkan hanya
khayalan semata. Tapi diriku mantap untuk menuliskan, aku ingin lebih baik dari
tahun kemarin pungkasnya.
Mengenal Penulis
Top of The Top
-
Gunung terlihat menjulang tinggi, seperti ingin sekali menusuk-nusuk langit. Rupanya yang menjulang terlihat begitu gagah dari kejauhan. Sem...
-
Gelombang laut adalah benda laut yang sangat setia, tak pernah berpaling dari bibir pantai. Pernahkah dari kalian melihat gelombang laut sam...
-
Burung mulai bersiap-siap mengepakkan sayapnya untuk pulang ke rumah, langit mulai terlihat redup bercampur warna kekuningan. Matahari mulai...
-
Kopi itu penuh esensi, kadang pahit di satu sisi tapi manis di sini lainnya hingga dapat meninggalkan begitu banyak kenangan unik saat men...
-
Di ujung meja terdengar cekikan wanita muda, mereka berbicara disusul dengan tawa dan cekikan yang mengganggu. Mereka begitu terlihat mencol...