Candu Game
Petang mulai
datang, si ibu cemas minta ampun... iya seakan menunggu anaknya pulang. Sejak
pagi hari si anak tak kunjung pulang. Ia menghilang tanpa jejak sejak sarapan
pagi, pulang sejenak untuk makan siang dan menghilang kembali tanpa arah.
Ke manakah ia pergi... hati si ibu bergejolak.
Hari libur
seakan jadi hari gembira, semua bocah laki terperangah saat melihat tulisan
rental PS: sejam Rp.2000...
Ia seakan
merasakan bermain game tak karuan, waktu libur si abang rental harus rela buka
lebih cepat. Ada antrean banyak anak yang siap bermain.. sebagian hanya
menonton dan sebagian lainnya bermain. Seakan yang takluk harus angkat stik
bertarung dengan lainnya. Yang menang begitu digdaya sambil berucap:
Siapa giliran
berikutnya?
Suara riuh
Playstation menggema satu sama lain, teriakan pecah saat ada gol yang tercipta.
Popularitas game bergenre sepak bola begitu laris, seakan abang rental harus
punya begitu banyak stok memenuh hasrat bocah yang sakaw ingin bermain.
Kini semuanya
sudah duduk rapi, mengadu taktik atau mencari kelemahan lawan. Kadang ada
peraturan yang sering sekali dilanggar, menggunakan taktik curang dalam
bermain. Siap-siap saja dibully..
Ah.. ngga asyik... kamu main curang melulu...
Rental PS jadi hasrat yang kadang tidak mampu dijangkau para bocah.
Lapangan bola di kompleks seakan mulai menghilang, lokasinya mulai dibangun
perumahan mewah. Rumput-rumput hijau tak terlihat lagi, hanya bangunan
menjulang bertembok kokoh.
Rental PS
tempat terbaik dalam melihat rumput hijau di dalam balik kotak bernama TV. Menjawab
dahaga kaki yang tidak pernah merumput, hanya keterampilan tangan yang diuji
untuk bertarung dengan lawan tanding.
Selebrasi di
ujung gawang pun sudah tidak ada, tergantikan selebrasi di depan wajah lawan
saat gol tercipta. Para penonton yang dulu duduk di luar garis lapang, kini
malahan mendukung di balik kursi panas rental. Mempertaruhkan harga diri untuk
tidak takluk. Bila saja takluk, siap-siap saja menanggung bully-an hingga hari
berikutnya.
Pertarungan sengit berlangsung, seakan hanya petang yang mampu
mengakhirinya. Uang jajan yang terkumpul setiap harinya kadang harus ludes,
menahan diri untuk tidak jajan untuk bertarung. Masuk ke dalam laci abang
rental, gantinya ia akan menambahkan jam bermain hingga para bocah senang.
Hari makin petang, tidak ada yang ingin pulang..
Bocah yang
menang begitu girang, hampir seharian ia tidak kalah. Bermain terus-terusan
tanpa ganti di saat bocah lainnya harus rela antre untuk main lagi.
Hingga satu
bayangan muncul dari ruko rental.. bayangannya begitu besar dan memakai daster
sambil berteriak. Ayo pulang, kamu main saja dan sampai lupa waktu magrib. Suasana
yang tadinya riuh mendadak mencekam.
Jeweran sang
ibu seakan mengantarkan si bocah pulang ke rumah. Ia harus tergantikan bukan
oleh lawan tanding tapi jeweran dan omelan sang ibu. Candu gamenya pun harus
berhenti dan kini ia dia diomeli sepanjang malam.
Begitulah game yang candu, kadang si ibu atau sang istri cukup
mengecek dua tempat sakral para bocah dan pria nongkrong. Lapangan bola atau
lapak rental... sungguh mereka buat kami candu. Hentikan semua ini!
Tags:
Imajinasi
0 comments