Dibalik Kokpit



Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak menyangka dirinya bisa sejauh ini, ia membayangkan dahulunya ia hanya bermain gokart diajak oleh ayahnya. Kini ia bisa berada di dalam kokpit si jet darat. Semua seperti mimpi...

Semua ia rintis sejak dini, saat kecil ia tak pernah bisa mengelak saat melihat mobil-mobilan. Baju balap, tas model balap, main balap, dan mobil balap mini. Seakan ia ditakdirkan menjadi pembalap besar di masa depan. 

Ia jatuh cinta kepada dunia balap tanpa sebab yang sulit dijelaskan, seakan itulah jalan hidupnya. Si bocah itu terus berlatih dan berlatih, saat teman seusianya larut dengan bermain. Ia sibuk di sirkuit yang begitu panas saat terus dan begitu menusuk tulang saat dingin.

Perlengkapan seperti helm, baju balap sudah melekat di badan mungilnya. Setiap harinya ia harus menghadapi gravitasi super kuat. Terpaan angin, tabrakan hingga kerusakan mesin. Tapi cita-cita tetap bulat, menjadi seorang pembalap jet darat ternama: Formula 1.

Beranjak remaja, ia pun mendapatkan promosi dari promotor mengingat kemajuannya yang menjanjikan. Kontrak profesional adalah bukti ia tidak main-main dan layak bermain di serie balap musiman.

Itulah pengalaman pertamanya terjun, namun ia sadar bahwa lawannya sudah beberapa musim bermain di series tersebut. Ia jelas kalah jam terbang dan salah satu caranya adalah di masa pramusim. Waktu itu ia manfaatkan dengan menempa kemampuan fisik, kemampuan di simulator, dan pengembangan mobil.

Alhasil di musim pertamanya ia jadi pembalap potensi dan berpeluang loncat kelas. Mimpinya jadi pembalap Formula 1 seakan hampir tiba. GP 2 adalah seri di bawah Formula 1 yang punya segudang pembalap di muka planet.

Setiap musimnya para pabrikan jempolan mencari pembalap paling potensial. Mulai dari hanya sebagai test driver hingga pembalap cadangan. Andai saja pembalap utama tidak bisa mengikuti lomba. Ia sadar ada banyak peluang besar ia naik kelas makin cepat, salah satunya meraih poin sebanyak-banyaknya di akhir musim.

Musim itu berjalan berat, ia butuh adaptasi karena GP 2 lumayan berat. Selain kondisi tim yang tidak terlalu diunggulkan. Ia pun sering gagal finish, mungkin ia harus mengurungkan mimpi ke Formula 1. Baru di GP 2 saja ia sudah kepayahan, itu diperparah dengan rindu kampung halaman.

Ayahnya yang selalu menonton sudah terbaring lemah, ia tidak semuda dahulu sedangkan sang ibu sudah lama telah tiada. Motivasi membalapnya kembali bangkit saat ia ingat wejangan ayahnya.

Seakan motivasi tersebut ibarat sengatan untuk dirinya, ia pun kembali menyalakan semangatnya. Beberapa seri yang sudah berlalu adalah proses pembelajaran. Di awal musim sering gagal finish dan kini merangkak ke papan atas. Podium demi podium seakan membuat lawannya takut dengan si anak baru itu. Hingga akhirnya ia finish di 5 besar...

Cukup membanggakan, ia berhasil membuktikan dirinya. Para pengamat pun mulai memperhatikan si anak muda tersebut. Ia layak berada di balik kokpit Formula 1. Desas-desus si legenda balap yang akan pensiun seakan membuat banyak pabrikan melirik pembalap baru.

Ia pun pasrah harus membalap semusim lagi dan ia berharap akan lebih baik di musim depan. Sambil merawat ayahnya yang tergulai sakit, hingga sebuah telepon berdering. Suara yang ada di ujung telepon adalah bos mekanik ternama merek tim balap kenamaan.

Ini semua seperti mimpi, ia mendapatkan tawaran sebagai pembalap seleksi buat musim depan. Kesempatan berharga ini tidak ia sia-siakan. Ia harus mengalahkan 2 pembalap lainnya yang cukup potensial.

Sesi latihan bebas adalah bukti ia menunjukkan kebolehannya, ia berhasil menciptakan hasil memuaskan. Anak muda ini berbakat dan ia layak berada di dalam kokpit mobil jutaan dolar kita, ujar para mekanik saling memberikan kode.

Hingga akhirnya hari pengumuman pada media tiba, pembalap baru yang akan mendamping si pembalap utama adalah seorang anak muda. Mungkin itu mengejutkan, namun para direksi melihat darah balap yang mengalir dari si anak muda itu. Ia akan jadi pembalap besar di masa depan dan amanah berat di balik kokpit sudah sangat tepat.

Musim pun tiba, bendera balap berkibar dan genderang musim segera dimulai. Setelah latihan besar dan perhitungan waktu balap. Si anak muda pun mampu mencatatkan waktu tercatat hingga ia berada di barisan depan. Benar saja, ini seperti mimpi.. melihat idolanya sedang bersiap-siap. Dahulunya hanya bisa terlihat dari kotak ajaib bernama TV.

Kini hanya sang ayah yang menonton dari kotak ajaib, melihat putranya yang ia antar dahulu. Kini berada di balik kokpit jet darat. Lampu hijau seakan tinggal menunggu waktu dan semua pembalap sedang mempersiapkan startnya. Dan akhirnya lampu hijau menyala, desiran bising jet darat dan kepulan asap avtur bertebangan ke mana-mana. Penonton pun bertepuk tangan...

Si anak muda tak menyangka, semua terasa nyata dan bukanlah mimpi. Dari bocah yang bermain mobil-mobil dan kelak menjadi pria tangguh di balik kemudi jet darat. Karena semua orang punya mimpi dan layak memperjuangkannya.

Share:

0 comments