Hormon Cinta

Penyakit merah jambu bisa datang tak terduga, mengacaukan seluruh organ tubuh dengan sejumlah rasa yang saling campur aduk. Pikiran pun seakan kadang kehilangan akal sehat dan sulit dikontrol.

Rasa itu seakan menjadi-jadi saat sering tersenyum sendiri, mata susah terpejam kala malam tiba, pipi memerah, jantung berdebar kencang hingga keringat dingin mengucur membasahi tubuh. Grogi jangan ditanya, kadang disusul dengan rasa ingin buang air kecil secara tiba-tiba.
Pelaku yang sedang di mabuk cinta seakan begitu familiar merasakan hal itu setiap saat hingga puncaknya saat bertemu dengan orang yang ia anggap spesial. Semua tanda-tanda yang terjabar tadi seakan bahu membahu mempengaruhi perilaku hormonal tubuh.

Rasa tertarik pada objek lawan jenis jadi cara hormon cinta bekerja, menghasilkan perubahan komposisi biokimia tubuh. Masa itu membuat tubuh seakan kehilangan nafsu makan, melamun tak kenal waktu dan dilema sulit memejamkan mata. 
Apa gerangan yang menerpa tubuh ini hingga semua itu bisa terjadi?

Akumulasi sejumlah hormon cinta sedang bereaksi dengan maksimal pada tubuh, Ia saling bahu-membahu bereaksi total ke seluruh tubuh memberi kesan pada manusia yang sedang dilanda penyakit merah jambu.
Baca juga: First Sight
Di awali oleh hormon dopamin yang membuat seakan tubuh kesengsem tak karuan layaknya zat adiktif nan candu. Jumlahnya yang berlebih di otak seakan merasakan rasa senang tak henti-henti, apalagi saat objek yang kamu anggap mengaktifkan dopamin. Layaknya api yang terus menyala di atas tumpukan kayu bakar hingga sulit sekali padam.

Lalu ada pula noradrenalin dan adrenalin yang saling bantu-membantu hingga menghasilkan gejala-gejala saat penyakit merah jambu sudah sangat menggerogoti. Keringat dingin tak henti-hentinya serta jantung berdegup tak karuan jadi bukti hormon itu memainkan perannya. Makin lama berada di dekat pujaan hati, tanpa ampun hormon itu memberikan dampaknya.

Terakhir ada serotonin yang mendadak turun intensitasnya kala virus merah jambu, tugasnya yang biasa mengatur kantuk kala lelah dan malam tiba. Namun seakan jumlahnya mendadak berkurang hingga ke level terendah. Efeknya sangat sulit untuk bisa tidur, mencoba memejamkan mata seakan tidak mampu. Tubuh yang lelah bertolak belakang dengan saraf mata dan pikiran yang sulit terlelap.

Itulah rasa dari penyakit merah jambu, semua hormon tadi mengambil tugasnya masing-masing. Ia tahu bahwa hal ini tidak terjadi setiap hari, dan saat itulah mengambil momentum tersebut untuk membuat si pemilik tubuh merasakan campur aduk senang dan gelisah.

Ibarat dua makhluk yang datang dari daratan Mars dan hamparan tanah Venus mendarat ke bumi. Saling tatap menatap satu sama lain hingga memberi kesan ketertarikan atas segala perbedaan latar belakang mereka berasal.

Hormon cinta tubuhnya telah bekerja melaksanakan tugasnya sebagai sinyal ikatan dan ketertarikan. Kini tinggal keberanian salah satu sejoli mengucapkan rasa cinta dan kasihnya. Karena mereka sadar, hormon cinta memberi bukti mereka cocok menjalin hidup bersama. Dalam bingkai rasa nyaman, bahagia, dan aman.

Share:

0 comments