Segenap barang dan postingan sang fans memenuhi dinding dan hiasan di kamar. Alunan musik si idola terdengar syahdu merdu. Melantun indah dari kamar dengan tambahan sound yang menggelegar.
Si pemilik kamar sedang bersiap, ia seakan terbawa suara nyanyian itu meskipun masih di kamar mandi. Pikirnya saat itu senang karena sebentar lagi ia ingin pergi menonton sang idola. Seakan gaya sang idola serupa sama dengan dirinya.
Aku seorang pengadil lapangan hijau, sebuah peluit selalu ada di tanganku. Kecintaanku pada sepak bola tak berujung manis. Karier sepak bolaku tak begitu cemerlang. Pilihanku datang sebagai juri adil di lapangan. Teman-teman kecilku menganggap aku cukup adil dalam memimpin pertandingan.
Tidak ada yang tahu masa depan bergulir, ia bergerak begitu cepat ke sana dan kemari. Manusia tidak bisa menebak jalan hidupnya atau bahkan orang lain. Dari yang bukan siapa-siapa jadi luar biasa atau yang luar biasa jadi yang terlupakan. Semua itu bisa saja datang dengan tiba-tiba atau kerja keras tanpa jeda. Begitulah jalan hidup manusia.
Semua itu berawal dari seorang pria kurus dengan mimpi yang memenuhi badannya. Ia punya mimpi besar yang mungkin hanya utopia. Semua rasa bisa ia buktikan bahwa ia bukan seorang pemimpi besar di bawah kasur tipis miliknya.
Pagi hari di awali dengan menyeruput kopi sambil membolak-balikkan koran berita hari ini. Semua berita dibaca dengan seksama, tak ada berita yang terlewatkan hingga hari mulai beranjak siang. Rutinitas yang tak pernah dilupakan jelang salat subuh, pergi kedai kopi hingga matahari berada di atas kepala.
Kedai kopi yang berada di tengah lalu lalang manusia, mencari pekerjaan. Berhambur ke seluruh permukaan bumi para manusia-manusia. Beda jauh dengan para bujang yang mulai termakan usia, tepatnya mereka disebut para bujang lapuk.
Hembusan asap cerutu menyebar ke seluruh ruangan, pria berkumis tebal sedang sibuk minta ampun. Ia menaruh cerutu di sebelah asap kaca dan di ujung telepon terdengar percakapan alot. Suaranya terdengar aneh, aksen bahasanya berbeda jauh. Tawar-menawar harga seakan terdengar di ujung telepon itu, hingga harga yang disepakati mencapai deal.
Abu cerutunya yang sudah memanjang di bibir asbak akhirnya ia angkat, seakan percakapan itu begitu panjang. Suasana ruangan yang tadinya hening mendadak berubah riuh. Uang kini sudah di genggamannya. Telepon di ujung sana rupanya datang dari manusia timur ujung yang kerap dengan dunia judi.