Upacara kemerdekaan akan dimulai, barisan tamu utama duduk di bangku utama. Terlihat jelas para tetua bangsa yang telah uzur di makan usia. Mereka hadir menyaksikan saksi HUT RI yang penuh makna.
Setiap tahun terasa spesial, terlihat jelas dari mata mereka yang tak pernah lepas dan khidmat menyaksikan bangsa ini merdeka. Jauh dari kejauhan para pengibar sang saka merah putih berkibar di tiang tertinggi, bukti bangsa ini tidak lagi terjajah.
Menjadi orang yang idealis begitu sulit, cobaan selalu saja ada di sekitarnya. Di dunia ini hanya ada dua golongan, mereka yaitu orang aneh yang memegang erat prinsip idealisme dan mereka yang pasrah pada semua yang realistis nan apatis.
Idealis, anggapan yang tergambar dari mereka yang memegang penuh rasa idealisme. Ia seakan sangat antusias dan punya keyakinan penuh. Semua itu bercampur rasa emosional dan visi nan menggebu di dalam jiwa.
Pagi pun mulai datang saat matahari mulai muncul dari ufuk timur. Seorang pemuda paruh banyak sedang duduk di salah satu pinggir dinding masjid. Ia sedang khusu’nya mengulang ayat demi ayat bacaan Al-Quran, hasil hafalannya selama ini supaya lancar.
Menjadi penghafal Al-Qur’an bukanlah perkara mudah, banyak dari calon hafiz yang tidak kuat harus menyerah di tengah jalan. Butuh niat yang lurus dan ikhlas, dibarengi dengan konsentrasi dan istiqamah menjalani proses panjang.
Suara riuh rendah terdengar begitu keras berasal dari tribun di belakang gawang. Para fans bersorak tiada hentinya, menyoraki kegagalan si kiper menghalau bola secara sempurna. Si kiper layaknya pecundang yang berdiri di depan gawang.
Segala penyelamatan yang tak terhitung banyaknya, dalam sekejap hilang tak terkenang hanya dari sebuah blunder dan perasaan bersalah datang menghujami pikiran. Segala penyelamatan yang ia lakukan terasa tak cukup buat menebus segala yang dilakukan pada momen buruk.
Tiupan kencang angin dari barat laut tak menggoyahkan niat nelayan tua pencari ikan. Kumpulan awan hitam di ujung langit seakan menghalangi niat si nelayan tua untuk menaikkan alat tangkapnya ke atas perahunya.
Nyalinya seakan dibuat ciut dari kejauhan terlihat awan hitam di ujung langit, kilat dan geledek seakan menusuk-nusuk lautan yang pasrah. Udara dingin seakan terbawa ke arah pantai dan menusuk tulang.
Perasaan bergidik ngeri pasti datang mengiringi perjalanan bertandang ke markas lawan. Mendukung tim kesayangan memperoleh hasil maksimal hingga ke markas lawan.
Menempuh jarak yang jauh hingga melintas berbagai negara hanya untuk merasakan atmosfer stadion, berbeda jauh dengan hanya duduk di depan TV ditemani segelas cokelat hangat.