Kita sering mendengarkan kata-kata bijak:
Rezeki sudah diatur, sebagaimana pun usaha tetap sudah ada kadarnya.
Tak ada makhluk di dunia ini yang tak kebagian rezeki, Sang pencipta sudah membagi rata bahkan hingga hewan pengerat yang hidup di bawah akar pepohonan. Ia juga tetap kebagian sesuai kadarnya.
Manusia? Apa lagi.
Saya sering sekali mendengar kata-kata pesimistis seorang yang kesulitan mencari pekerjaan. Bingung silih kemari karena semua berkas lamarannya ditolak. Sambil menggerutu ia berujar: bila tidak dapat kerjaan, makan apa besok dan bagaimana melunasi kontrakan yang mulai ditagih.
Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak menyangka dirinya bisa sejauh ini, ia membayangkan dahulunya ia hanya bermain gokart diajak oleh ayahnya. Kini ia bisa berada di dalam kokpit si jet darat. Semua seperti mimpi...
Seseorang mengerang kesakitan di pinggir lapangan ia mendapatkan terjangan keras dari lawan. Terkapar tak berdaya, tak mampu melanjutkan pertandingan. Ia memegang erat bagian kakinya. Seakan ada yang salah, tulangnya mungkin saja patah atau bisa saja ototnya sobek. Ia menangis tersendu-sendu karena timnya sangat membutuhkan dirinya. Tapi apa daya, sakit itu tak tertahankan.
Tim medis datang dengan cepat mengobatinya, ia hanya pasrah ditandu keluar. Papan elektronik menuliskan namanya dan digantikan oleh pemain cadangan. Bersiap-siap di pinggir lapangan menggantikan pemain cedera.
Di darahnya mengalir deras jiwa musik, sialnya ia bak bukan seperti pepatah buah jatuh tidak dari pohonnya. Ia belajar otodidak, si bocah mengenal berbagai suara-suara musik di sekitarnya. Ia terlarut dalam lamunan panjangnya, ingin merangkai suara-suara di pikirannya jadi nada runtun.
Mungkin ia bocah lelaki yang beruntung, segala akses musik dibelikan oleh sang orang tuanya. Seakan ia bisa belajar tanpa halangan, menyalurkan kemampuannya dengan alunan musik. Mungkin ia terlalu pendiam dibandingkan dengan saudara lainnya.
Petang mulai datang, si ibu cemas minta ampun... iya seakan menunggu anaknya pulang. Sejak pagi hari si anak tak kunjung pulang. Ia menghilang tanpa jejak sejak sarapan pagi, pulang sejenak untuk makan siang dan menghilang kembali tanpa arah.
Hari libur seakan jadi hari gembira, semua bocah laki terperangah saat melihat tulisan rental PS: sejam Rp.2000...
Ke manakah ia pergi... hati si ibu bergejolak.
Ia seakan merasakan bermain game tak karuan, waktu libur si abang rental harus rela buka lebih cepat. Ada antrean banyak anak yang siap bermain.. sebagian hanya menonton dan sebagian lainnya bermain. Seakan yang takluk harus angkat stik bertarung dengan lainnya. Yang menang begitu digdaya sambil berucap:
Siapa giliran berikutnya?
Suara riuh Playstation menggema satu sama lain, teriakan pecah saat ada gol yang tercipta. Popularitas game bergenre sepak bola begitu laris, seakan abang rental harus punya begitu banyak stok memenuh hasrat bocah yang sakaw ingin bermain.
Kini semuanya sudah duduk rapi, mengadu taktik atau mencari kelemahan lawan. Kadang ada peraturan yang sering sekali dilanggar, menggunakan taktik curang dalam bermain. Siap-siap saja dibully..
Ah.. ngga asyik... kamu main curang melulu...
Rental PS jadi hasrat yang kadang tidak mampu dijangkau para bocah. Lapangan bola di kompleks seakan mulai menghilang, lokasinya mulai dibangun perumahan mewah. Rumput-rumput hijau tak terlihat lagi, hanya bangunan menjulang bertembok kokoh.
Rental PS tempat terbaik dalam melihat rumput hijau di dalam balik kotak bernama TV. Menjawab dahaga kaki yang tidak pernah merumput, hanya keterampilan tangan yang diuji untuk bertarung dengan lawan tanding.
Selebrasi di ujung gawang pun sudah tidak ada, tergantikan selebrasi di depan wajah lawan saat gol tercipta. Para penonton yang dulu duduk di luar garis lapang, kini malahan mendukung di balik kursi panas rental. Mempertaruhkan harga diri untuk tidak takluk. Bila saja takluk, siap-siap saja menanggung bully-an hingga hari berikutnya.
Pertarungan sengit berlangsung, seakan hanya petang yang mampu mengakhirinya. Uang jajan yang terkumpul setiap harinya kadang harus ludes, menahan diri untuk tidak jajan untuk bertarung. Masuk ke dalam laci abang rental, gantinya ia akan menambahkan jam bermain hingga para bocah senang.
Hari makin petang, tidak ada yang ingin pulang..
Bocah yang menang begitu girang, hampir seharian ia tidak kalah. Bermain terus-terusan tanpa ganti di saat bocah lainnya harus rela antre untuk main lagi.
Hingga satu bayangan muncul dari ruko rental.. bayangannya begitu besar dan memakai daster sambil berteriak. Ayo pulang, kamu main saja dan sampai lupa waktu magrib. Suasana yang tadinya riuh mendadak mencekam.
Jeweran sang ibu seakan mengantarkan si bocah pulang ke rumah. Ia harus tergantikan bukan oleh lawan tanding tapi jeweran dan omelan sang ibu. Candu gamenya pun harus berhenti dan kini ia dia diomeli sepanjang malam.
Begitulah game yang candu, kadang si ibu atau sang istri cukup mengecek dua tempat sakral para bocah dan pria nongkrong. Lapangan bola atau lapak rental... sungguh mereka buat kami candu. Hentikan semua ini!
Hidup statis khas kampung seakan membuat diriku tak nyaman. Ada gejolak batin yang membuat aku harus mengambil sebuah keputusan besar di dalam hidup. Mencari kehidupan yang lebih menantang dan bahkan layak.
Kemilau ibukota seakan menyilaukan mata, kehidupannya, penghasilannya hingga kejutan lain yang tak pernah aku rasakan. Aku pun mulai jengah hidup di kampung, sebuah tiket kapal laut sudah kupilih. Ia lebih murah dibandingkan kapal terbang dari kampungku.
Mengenal Penulis
Top of The Top
-
Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicara...
-
Secara tak langsung jawaban yang kamu berikan perlahan berkurang. Rasanya tak asyik seperti dulu, seakan ada benteng besar yang menghalangi ...
-
Gunung terlihat menjulang tinggi, seperti ingin sekali menusuk-nusuk langit. Rupanya yang menjulang terlihat begitu gagah dari kejauhan. Sem...
-
Abang harus latihan tenis, seru kali tau....!! Sebuah himbauan yang mengejutkan pikiranku hening berpikir, diriku seakan tak bisa atau tah...
-
Waktu menunjukkan pukul 20:00 WIB, keberangkatan tinggal di depan mata. Para kernet tengah sibuknya mendata penumpang yang sudah naik ke dal...