Penonton Layar Kaca
Pagi penuh kantuk tak tertahankan, kantung mata seakan sulit terbuka. Itu ditambah buruk dengan mata yang berkunang-kunang dari pagi hari. Tubuh seakan sempoyongan tanpa ampun.
Ada apa gerangan semalam seorang pria paruh baya tersebut begitu tak enak seharian, di saat seluruh teman-temannya segar bugar di pagi hari?
Usut punya usut, ia rela mengkorting waktu tidurnya untuk menyaksikan klub sepak bola kesayangannya di layar kaca. Ia... hanya di balik layar kaca.
Sedangkan di pagi esok pekerjaan menumpuk harus segera diselesaikan, ia layar dianggap penonton layar kaca setia. Apa boleh buat, sudah terlalu cinta dan sulit dilewatkan. Ada rasa senang tersendiri saat menyaksikan timnya memasuki lapangan dan bersiap-siap bertanding.
Euforia itu semakin memuncak saat timnya bermain trengginas dan menggulung tim lawan tanpa mampus. Rasa bahagia itu seakan menghapus kantuk di malam hari, tapi tidak di pagi hari. Kantuk datang begitu kejam, membuat hari jadi tak karuan.
Kadang pula si penonton layar kaca kesulitan minta ampun. Tim ia tonton tidak tayang di televisi. Ia mengakali segala cara di zaman sangat mudah ini. Mulai dari streaming, livescore pertandingan dan kadang haru keluar menyaksikan klubnya berlaga. Di cuaca tak bersahabat, semua sederhana, karena sudah kadung mengidola klub tersebut.
Mundur sedikit ke belakang, saat belum ada secara streaming, livescore, livetweet, dan siaran tv berbayar. Apa yang harus dilakukan oleh penonton sepak bola itu? Ia harus bersabar sampai berharap-harap cemas timnya bisa menang. Pagi-pagi buta bangun hanya untuk melihat berita atau news line akan skor akhir.
Kadang ada yang lebih penyabar lagi, ia harus menunggu koran naik cetak. Bila timnya bermain dini hari, itu artinya lusa korannya baru terbit. Penantian panjang harus pun dimulai, sungguh menyesekkan bukan.
Ada hal lain yang tak kalah menegangkan saat menonton sepak bola, penonton hanya bisa bermain imajinasi akan proses gol. Ia hanya bisa mendengarkan pertandingan lewat radio. Intonasi pembawa radio yang naik turun kadang jantung berdegup kencang.
Apa yang terjadi saudara-saudara, tendangan dari pemain nomor 10 berhasil digagalkan oleh aksi heroik kiper tim tuan rumah. Tendang penjuru sekarang diambil oleh pemain nomor 5.
Si penonton seakan begitu fokus dengan benda yang mengeluarkan gelombang suara itu. Imajinasinya begitu bermain, akan penonton punya daya imajinasi begitu kuat. Seakan berbeda dengan penonton layar kaca saat ini yang kadang sering lupa proses gol tercipta walaupun sudah dilakukan tayangan ulang berkali-kali.
Itulah improvisasi pikiran yang semua itu sudah khatam dirasakan oleh penonton sepak bola layar kaca. Tak pernah ke stadion dan mengandalkan berbagai tayangan tim kebanggaannya berlaga.
Kadang pikiran pun campur aduk saat tim yang didukung menang atau semakin pilu saat kalah. Tapi ia harus tegar dan tak harus mengganti klub saat klubnya terburuk, karena ia hanya bagian fans layar kaca yang merasakan suka dan dukanya permainan bernama sepak bola.
Tags:
Perumpamaan
0 comments