• Beranda
  • Tentang Saya
  • Tulisan
    • Imajinasi
    • Inspirasi
    • Perumpamaan
    • Pemikiran
    • Renungan
  • Kisah
    • Fiksi
    • Non-Fiksi
    • Puisi
  • Perjalanan
  • Kontak

PEMIKIR BEROPINI

Sebuah Opini Melalui Pandangan Segenap Dimensi

Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicarakan. Pertemuan nyata jauh lebih mendebarkan dibandingkan dengan pertemuan di ruang chatting.

Kita rasa tak saling mengenal sepenuhnya di sana, hanya chat panjang yang kadang terdengar basi atau bahkan emoji yang tidak bisa menggambarkan sepenuhnya. Pertemuan di meja di coffe shop adalah bukti.

Secara tak langsung jawaban yang kamu berikan perlahan berkurang. Rasanya tak asyik seperti dulu, seakan ada benteng besar yang menghalangi di dirimu. Setiap aku membuka ponsel, selalu ada jawaban dari dirimu.

Rasanya aku seperti senyum-senyum sendiri saat chatting dengan kamu. Dopamin berpacu dengan sangat banyak, memenuhi otak yang membuat hati begitu bergembira. Aku merasa begitu gembira dengan itu semuanya.

Gunung terlihat menjulang tinggi, seperti ingin sekali menusuk-nusuk langit. Rupanya yang menjulang terlihat begitu gagah dari kejauhan. Semua mata tertuju pada karya tuhan itu. Tumpukan bebatuan dan tanah saling bertubrukan hingga padat menghasilkan karya, sebuah kontur kasar bernama “gunung”

Dahulu saat saya kecil, saya berpikiran.. kenapa harus ada gunung, lembah, dan cekungan laut. Bila bumi ini rata dan tak ada tumpukan-tumpukan tanah maka dengan gampang manusia tanpa harus mendaki, cukup saja melewati dengan mudah ke tujuan yang ia inginkan. 
Pikiran-pikiran liar di masa kecil itulah yang membuat saya bertanya-tanya kenapa dan kemudian itu ternyata sering keliru. Karena itu semua punya nilai estetika yang sudah tuhan berikan. Ibarat perpaduan hitam dan putih yang saling melengkapi hidup yang tidak kontras di satu sisi.

Berkat gunung yang menjulang, manusia melihat benda alam karya tuhan ikut tertantang jiwa dan batinnya. Semangat menaklukkan puncak gunung tertanam di dalam pikiran manusia. Tenaga dan semangat terhimpun untuk bisa sampai ke puncak bagaimanapun itu.

Cara lainnya manusia belajar adalah mempelajari saat membuka jalan untuk melewati pegunungan. Manusia belajar begitu keras, mengeruk gunung, dan membuat jalan yang layak agar manusia bisa melakukan perjalanan tanpa hambatan.

Selain itu manusia tahu ilmu alam, ilmu itu bernama gaya gesek, saya pun dulunya bingung kenapa jalan di pegunungan lebih banyak berliku-liku bukan jalan lurus yang mudah dilalui oleh pengendara.

Ternyata hal itu memberikan gaya gesek dan gaya gravitasi yang lebih kuat terhadap benda dibandingkan saat jalanan lurus. Saat itulah manusia mencari tahu yang tidak tahu menjadi tahu akan yang menjadi pertanyaan di benaknya.

Gunung punya berbagai kandungan, dari air, emas, minyak bumi hingga mineral alam lainnya. Namun saat ia murka ha sebaliknya ia lakukan kepada siapa saja yang hidup di kakinya. Namun itu semua ibarat hikmah saat bencana kelak menghasilkan berkah.

Gunung kaya akan kandungan alam dan satwa di dalamnya bagi mereka yang berpikir untuk terus menjaga kelestariannya. Gunung pulalah yang mengikat kandungan air tanah untuk kelangsungan makhluk hidup yang membutuhkan.

Saat ada mara bahaya seperti longsor dan banjir bandang datang, gunung lepas tangan. Ia tak akan mencelakan siapa saja andai manusia yang lebih dahulu melakukannya. Hidup kami lurus-lurus saja pekik gunung.

Gunung juga ibarat pasak bumi, menurut riwayat kuno gunung dibuat agar daratan tak terbawa lautan ke sana kemari ibarat sebuah kapal. Gunung ibarat pasang bumi yang sangat kuat, penyangga dari begitu banyak getaran yang menghentak.

Baris-baris gunung yang berjejer rapi memberikan estetika yang sangat menawan, ibarat sebuah pelengkap dari kontur alam. Dan saat kita di saat dari kejauhan terlihat begitu terlihat begitu nyatanya daratan rendah.

Gunung pulalah yang menahan uap-uap dari proses penguapan di laut untuk bisa menjadi butir-butir hujan yang siapa membahasi wilayah yang ingin awan singgahi. Tetapi gunung punya kuasa, dialah yang menahan kumpulan awan untuk dirinya yang dahulu merasakan butir-butir hujan.

Kadang gunung membuat manusia sadar bahwa manusia adalah makhluk kecil yang kadang besar karena egonya. Iya terlihat kecil saat berada di atas sama halnya saat orang di bawah melihatmu dari punggung gunung.

Gunung pula punya energi serta karunia tak akan henti putusnya. Saat gunung marah dan murka kepada sekitarnya. Tetapi semua ada hikmahnya karena daerah yang kena dampaknya merasakan berkah di kemudian hari.

Tapi ia memberikan isyarat alam terlebih dahulu bahwa ia ingin memuntahkan amarah yang kemudian jadi berkah tak ternilai. Tak selamanya letusan sang gunung merugi tapi banyak sisi positif yang perlu ditelusuri lebih jauh.

Kota yang punya pantai itu eksotik, punya gunung sangat elok, sawah sangat indah nan produktif. Dan andai punya semuanya dan saling berdekatan, itu surga dunia sebenarnya. Masyarakat yang ada di situ bisa dimanjakan visualnya dengan panorama unik ini. Mereka masyarakat terpilih yang bisa menikmati setiap hari.

Kini begitu booming para penantang alam untuk bisa menaklukkan gunung-gunung tinggi dunia. Budaya naik gunung sudah merambah ke berbagai kalangan tak hanya dari mereka kaum profesional.

Mungkin sekedar mencari sensasi itu sama halnya mencari mati, mereka mungkin terbisik sebuah pepatah bahwa:
Sekaya dan sehebat apapun orang belum tentu bisa menjejakkan kakinya ke gunung. Hanya mereka yang pemberani dan bisa bertahan di kondisi sulit yang mampu menggapai gunung.

Dan saat di gunung kita sadar bahwa manusia bukanlah siapa-siapa yang harus mengangkuhkan diri. Karena kita hanya makhluk kecil yang sedang ada di salah satu puncak ciptaan sang pencipta.

Gunung, itulah namanya tempat kamu berpijak dan menjejakkan kaki setelah melewati pengorbanan dan melepas pilu. Itulah kenapa gunung diibaratkan seperti segi tiga, semakin mengerucut saat berada di puncak. Karena semua godaan semakin mengerucut saat berada di puncak dan itulah tujuan utama dirimu.

Perumpamaan itulah mengapa menaklukkan gunung seperti menggapai tujuan dan impian yang selama ini terpendam. Begitu nikmat saat ia berhasil digapai sambil melambai-lambaikan tangan dari atas kepada para peragu atas niat kita sebelumnya.

Karena gunung memberikan hikmah dan kemaslahatan bagi pribadi berpikir. Itulah aku, gunung.
Filosofi pohon, semakin rindang dan banyak buahnya makin banyak manusia yang memanfaatkannya. Terik panas yang membakar di siang hari terasa tak sampai menembus dedaunan dan batang kayu sang pohon. Cahaya matahari tak bisa memperlihatkan kedigdayaannya terhalang dedaunan yang saling menutup satu sama lain.

Udara segar hasil hembusan angin dari batang pohon tak kalah membuat sejuk dan syahdu. Buat siapa saja ingin berlama-lama di bawah sang pohon, melepas penat dan menyempatkan diri untuk istirahat. Udara segar itu pohon bagikan cuma-cuma ke alam setelah mengubah karbon-karbon menjadi oksigen.
Menikmati itu tak harus pergi jauh-jauh, cukup menikmati segala sesuatu yang sering kita nikmat. Sebuah kalimat penghibur diri dan lara saat melihat karib kerabat jalan-jalan ke mana saja, sungguh begitu enteng.

Apalagi gempuran sosial media membuat siapa saja bisa memamerkan lokasi liburannya ke negeri nan jauh. Bikin iri hati bukan main, dada ini terasa tertusuk-tusuk melihat foto jalan-jalan teman dekat yang berseliweran di sosial media.  
Taman yang luas itu terhampar begitu luas aneka bunga matahari, memberi warna berbeda dibandingkan lahan sebelahnya yang ditumbuhi oleh pohon tinggi nan menjulang. Bunga matahari itu membuat mata menjadi takjub, ada yang mekar hingga begitu setia dengan matahari. Ada pula sebaliknya, ia masih berupa kuncup muda. Masih perlu waktu ia untuk mekar seperti pendahulunya.

Kali ini aku ingin menceritakan secercah harapan dari si bunga matahari. Ia begitu malu-malu kepada yang bukan ia kenali, namun begitu antusias kepada sang pemberi cahaya yakni matahari. Bentuknya begitu khas layaknya matahari, lebar kepala dengan lingkaran bulat dikelilingi helai demi helai lembar bunga kuning nan menyala.

Hari mulai senja dan jam pulang kerja pun tiba, semua manusia yang bekerja hendak pulang ke rumahnya. Menghidupkan kendaraan-kendaraan mereka, menunggu kendaraan umum dan menumpang naik hingga ke tujuan.
Newer Posts Older Posts Home

Mengenal Penulis

My photo
M.iqbal
Blogger & Part Time Writer EDM Observer
View my complete profile
Facebook  Twitter  Google+ Instagram Linkedin

Top of The Top

  • Tiba-Tiba Tenis
    Abang harus latihan tenis, seru kali tau....!! Sebuah himbauan yang mengejutkan pikiranku hening berpikir, diriku seakan tak bisa atau tah...
  • Dibalik Kemudi
    Suara desiran jet darat lewat begitu menggema, hari ini adalah hari latihan terakhir sebelum seri pamungkas dimulai. Si pembalap Rockie tak ...
  • Barbershop
    Di sebuah sudut kota yang penuh hiruk-pikuk, ada sebuah barbershop kecil yang tak terlalu mencolok. Dindingnya berwarna abu-abu tua, dihiasi...
  • Kopi Darat
    Ini bisa dibilang pertemuan pertama denganmu. Semua persiapan coba lakukan, mempersiapkan segala hal. Terlepas apa yang nantinya kita bicara...
  • Penerobos Malam
    Waktu menunjukkan pukul 20:00 WIB, keberangkatan tinggal di depan mata. Para kernet tengah sibuknya mendata penumpang yang sudah naik ke dal...

Rangkuman Tulisan

  • ▼  2024 (36)
    • ▼  August (1)
      • Tiba-Tiba Tenis
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2023 (60)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (5)
    • ►  August (5)
    • ►  July (5)
    • ►  June (5)
    • ►  May (5)
    • ►  April (5)
    • ►  March (5)
    • ►  February (5)
    • ►  January (5)

Copyright © 2019 PEMIKIR BEROPINI. Designed by OddThemes