Dalam sekejap semua berubah total, suasana yang dahulunya begitu lekat seakan lekang secara perlahan-lahan. Ada kesan aneh saat berada di tempat yang telah lama ditinggali, penuh memori tapi miskin harmoni.
Semua kenangan yang melekat seakan hanya bayangan semu, apalagi sifat manusia yang mudah lupa seakan semakin mempercepat masa itu menjadi kenangan. Kondisi serba nyaman seakan menghilangkan makin cepat mengikis setiap rindu itu.
Seorang pria berdiri di pinggir lapangan dengan pandangan nanar, menatap timnya yang terus digempur habis-habisan oleh lawan. Derita semakin bertambah saat pemainnya harus diganjar kartu kuning kedua, bermain 10 pemain di depan pendukung lawan terasa begitu berat.
Sepak bola akrab dengan pemain masuk dan keluar, ada yang pergi dan datang saat transfer datang. Pihak manajemen mengurus segala persoalan tersebut hingga tenggat waktu. Merelakan pemain penting hingga sesosok pemain belia datang, silih berganti hanya untuk bisa memperkuat sebuah tim.
Hidup statis khas kampung seakan membuat diriku tak nyaman. Ada gejolak batin yang membuat aku harus mengambil sebuah keputusan besar di dalam hidup. Mencari kehidupan yang lebih menantang dan bahkan layak.
Kemilau ibukota seakan menyilaukan mata, kehidupannya, penghasilannya hingga kejutan lain yang tak pernah aku rasakan. Aku pun mulai jengah hidup di kampung, sebuah tiket kapal laut sudah kupilih. Ia lebih murah dibandingkan kapal terbang dari kampungku.
Tidak ada yang tahu masa depan bergulir, ia bergerak begitu cepat ke sana dan kemari. Manusia tidak bisa menebak jalan hidupnya atau bahkan orang lain. Dari yang bukan siapa-siapa jadi luar biasa atau yang luar biasa jadi yang terlupakan. Semua itu bisa saja datang dengan tiba-tiba atau kerja keras tanpa jeda. Begitulah jalan hidup manusia.
Semua itu berawal dari seorang pria kurus dengan mimpi yang memenuhi badannya. Ia punya mimpi besar yang mungkin hanya utopia. Semua rasa bisa ia buktikan bahwa ia bukan seorang pemimpi besar di bawah kasur tipis miliknya.
Burung
mulai bersiap-siap mengepakkan sayapnya untuk pulang ke rumah, langit mulai
terlihat redup bercampur warna kekuningan. Matahari mulai pergi tenggelam
perlahan sembari pergi, melaksanakan tugas menyinari wilayah lain nan jauh.